Jumat, 13 November 2015

laporan fister - pengaturan suhu tubuh pada manusia dan katak


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
FISIOLOGI TERNAK

PENGATURAN SUHU TUBUH PADA MANUSIA DAN KATAK




Disusun Oleh

Kelompok : 7
Kelas        : D



Jaenah Widiyanti                           200110130020
Tarlina Sukandar                           200110130031
Auliya Fajri                                   200110130252








 


















LABOLATORIUM FISIOLOGI TERNAK DAN BIOKIMIA
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Setiap hewan mempunyai daya kemampuan homeostatis yang berbeda pada setiap spesiesnya. Homeostatis bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan sekitarnya.  merupakan bentuk homeostatis pada hewan untuk menjaga agar suhu tubuh hewan tetap dalam keadaan stabil. Berdasarkan pengaruh lingkungan terhadap suhu hewan,  dibagi kedalam dua golongan, yaitu poikiloterm dan homoioterm.
Pada hewan poikiloiterm, naiknya suhu lingkungan dapat meningkatkan suhu tubuhnya begitu juga sebaliknya. Hewan yang termasuk dalam poikiloterm adalah hewan berdarah dingin, seperti katak dan reptil. Sedangkan hewan homoioterm akan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam kisaran tetap dengan suatu proses homeostasis, hewan yang termasuk dalam homoioterm adalah  manusia, sapi, ayam, dll.
 Antara hewan berdarah dingin dengan hewan berdarah panas sangat penting untuk dipelajari dengan menggunakan atau tanpa perlakuan. Kareana dengan mempelajari , kita dapat membedakan  antara hewan berdarah dingin dengan hewan berdarah panas. Selain menggunakan teori, kita dapat pula menentukan hewan berdarah dingin dan hewan berdarah panas dengan cara praktikan langsung teori yang telah ada.

1.2         Tujuan Praktikum
a.              Mengetahui suhu tubuh manusia dalam keadaan normal, dingin, dan panas, beserta perubahannya.
b.             Mengetahui suhu tubuh katak dalam keadaan normal, dingin, dan panas, beserta perubahannya.
.


1.3         Tempat dan Waktu
Tempat              : Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Hari, tanggal      : Rabu, 12 November 2014
Jam                    :15.00 – 17.00 WIB



II
MATERI DAN METODE

2.1         Materi
2.1.1 Pengaturan Suhu Tubuh Manusia
 Merupakan proses homeostatis untuk menjaga agar suhu tubuh suatu hewan tetap dalam keadaan stabil dengan cara mengatur dan mengontrol keseimbangan antara banyak energi (panas) yang diproduksi dengan energi yang dilepaskan. Panas  yang terdapat pada hewan diperoleh dari proses metabolisme dari hewan sendiri atau dari absorbs panas lingkungan (Suripto, 1998).
Berdasarkan pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu hewan,  maka hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan homoioterm. Hewan poikiloterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luar untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin(Guyton, 1995).
Sedangkan hewan homoioterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan. Di lain pihak hewan homoioterm  disebut hewan berdarah panas. Suhu tubuh hewan homoioterm lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoioterm biasanya mempertahankan suhu tubuh mereka di sekitar 35 – 40°C. Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam (metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Hewan homoioterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat kemampuan mengatur suhu tubuh (Campbell dkk, 2000). Manusia adalah hewan berdarah panas, dan suhunya dipertahankan pada 370C (Watson, 2002). Suhu inti tubuh, sekitar 37,1ºC atau 36,5ºC sampai 37,5ºC, disebut “set-point”  (Guyton dan Hall, 2007).



Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh manusia :
a.              Usia
Regulasi suhu tidak stabil sampai anak – anak mencapai pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35º C tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin.  Namun, rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 35ºC.  Lansia terutama sensitive terhadap suhu eskrim, karena kemunduran mekanisme control, terutama pada control vasomotor, penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar, dan penurunan metabolism.
b.             Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan suhu tubuh.
c.              Kadar Hormon
Secara umum wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar daripada pria. Variasi tubuh dapat digunakan untuk memperkirakan masa paling subur pada wanita untuk hamil.
d.             Irama Sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 – 1 ºC selama periode 244 jam. Bagaimanapun suhu merupakan irama paing stabil pada manusia. Tapi pola suhu tubuh tidak berubah secara otomatis pada orang yang bekerja malam hari dan tidur siang hari. Perlu waktu 1 – 3 minggu untuk perputaran tersebut berubah. Secara umum irama sirkadian tidak berubah secara usia.
e.              Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persyarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal.


f.              Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan hangat klien mungkin tidak mungkin meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh akan naik. Jika klien berada diluar lingkungan luar tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang kondusif  ( Potter dan Perry, 1996 ).
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya (Campbell dkk, 2000). Produksi panas terutama berlangsung akibat aktivitas metabolisme. Panas tambahan dihasilkan oleh latihan, aktivitas, peningkatan tekanan otot, menggigil, dan juga gangguan endokrin, infeksi, trauma; dan oleh emosi. Produksi panas terendah dicapai selama tidur dan tertinggi, selama aktivitas otot (Watson, 2002).
Suhu tubuh bergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang produksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlansung secara radiasi, koveksi, konduksi dan evaporasi. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi (Martini, 1998). keringat dari permukaan kulit berlangsung terus menerus dan memberi efek dingin pada kulit (Watson, 2002).
Panas juga hilang dari tubuh setiap kali udara dihembuskan, karena udara yang dikeluarkan mengandung uap air yang berevaporasi. Hanya sejumlah kecil panas tubuh hilang melalui pengeluaran urine dan feses. Pada suhu panas, untuk menjaga suhu normal :
1.      Produksi panas dikurangi, kelenjar tiroid dan adrenal tidak menstimulasi aktivitas jaringan yang berlebihan.
2.      Kehilangan panas ditingkatkan dengan mendilatasi pembuluh darah dikulit, sehingga radiasi, konduksi, konveksi ditingkatkan. Hal ini meningkatkan produksi keringat sehingga panas yang lebih banyak hilang melalui evaporasi (Watson, 2002).


2.1.2   Pada Katak
Hewan poikiloterm suhunya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu organ tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan suhu organ tubuh bagian luar yang dipengaruhi oleh suhu sekitarnya. Perbedaan suhu dibagian-bagian ini diakibatkan oleh adanya panas yang diproduksi, panas yang diperoleh dan panas yang dilepaskan bagian tersebut. Hewan seperti ini disebut juga hewan berdarah dingin (Duke’s, 1995).
Makhluk hidup yang termasuk poikiloterm adalah katak.  Katak sebagai poikiloterm merupakan hewan yang suhu tubuhnya tergantung kepada perubahan temperature lingkungan hewan berada karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan system metabolismenya hanya sedikit. Suhu tubuh hewan ini berubah sesuai dengan lingkungannya. Hewan ini akan aktif bila suhu lingkungan panas dan akan pasif (berdiam di suatu tempat) bila suhu lingkungan rendah. Hal yang menyebabkan hewan tersebut tidak dapat menghasilkan panas yang cukup untuk tubuhnya karena darah dari hewan poikiloterm ini biasanya bercampur antara darah bersih dan darah kotor. Ini disebabkan karena belum sempurnanya katup pada jantung hewan tersebut (Duke’s, 1995).
Hewan poikiloterm tidak mempunyai sistem pengaturan panas yang sempurna, sehingga jika suhu sekeliling naik, maka suhu tubuh akan naik (tergantung pada pengaruh lingkungan). Suhu organ dalam berbeda dengan suhu organ luar tubuh (Swenson, 1993).

2.2         Metode
2.2.1   Pada Manusia
A.           Alat dan Bahan
1.    Alat :
a.    Thermometer
b.   Alat pencatat waktu (Stop Watch)



2.    Bahan :
a.    Manusia (objek percobaan)
b.   Yogurt
c.    Teh hangat
B.            Prosedur
1.    Tanpa perlakuan
a.    Memasukan thermometer ke dalam mulut manusia (objek percobaan) selama 3 menit.
b.   Mengamati dan mencata hasil pengamatan.
Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\termometer.jpg                           Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\index.jpg            Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\fastime-01-stopwatch.jpg
                         Thermometer     +            Manusia         =   catat selama 3 menit

2.    Perlakuan dingin
·      Manusia meminum yoghert dingin dan mendiamkam youghert dalam mulut selama 1 menit sebelum menelannya.
·      Memasukan thermometer ke dalam mulut selama 3 menit.
·      Mengamati dan mencatat hasilnya.
Catat selama 3 menit
 
Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\yogurt.jpg                 Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\index.jpg                 Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\termometer.jpg 
Yoghert           +          Manusia           +          Thermometer

3.    Perlakuan panas
·      Manusia meminum teh hangat dan mendiamkan teh hangat dalam mulut selama 1 menit sebelum menelannya.
·      Memasukan thermometer ke dalam mulut selama 3 menit.
·      Mengamati dan mencatat hasilnya.
Catat selama 3 menit
 
Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\teh hangat.jpg                    Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\index.jpg                 Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\termometer.jpg
Teh hangat       +          Manusia +   Thermometer ke dalam mulut
2.2.2   Pada Katak
A.           Alat dan Bahan
1.    Alat :
·      Gelas ukur
·      Thermometer
·      Alat pencatat waktu (stop watch)
2.      Bahan :
·      Katak (objek percobaan)
·      Air hangat
·      Air dingin
B.            Prosedur
1.    Tanpa perlakuan
·      Memasukan katak ke dalam gelas ukur.
·      Memasukan thermometer ke dalam mulut katak selama 3 menit.
·      Mengamati dan mencatat hasilnya.
Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\images.jpg         Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\gelas ukur.jpg           Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\termometer2.jpg              Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\fastime-01-stopwatch.jpg
Katak   +  Gelas ukur + Thermometer ke dalam mulut = catat selama 3 menit

2.      Perlakuan dingin
·      Memasukan katak ke dalam gelas ukur.
·      Memasukan air dingin ke dalam ukur sampai tiga perempat tubuh katak terendam.
·      Memasukan thermometer ke dalam mulut katak selama 3 menit.
·      Mengamati dan mencata hasilnya
Catat selama 3 menit
 
Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\images.jpg         Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\gelas ukur.jpg           Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\dks.jpg Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\termometer2.jpg
Katak       +    Gelas ukur  +  Air dingin   +   Thermometer

3.      Perlakuan panas
·      Memasukan katak ke dalam gelas ukur.
·      Memasukan air hangat ke dalam gelas ukur hingga merendam tiga perempat bagian tubuh katak.
·      Memasukan thermometer ke dalam mulut katak selama 3 menit.
·      Mengamati dan mencatat hasilnya.
Catat selama 3 menit

 
Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\images.jpg         Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\gelas ukur.jpg           Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\dh.jpg        Description: C:\Users\Public\Documents\fister thermolegulatori\termometer2.jpg
Katak       +     Gelas ukur  +   Air hangat   +   Thermometer



III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1         Hasil
3.1.1    Pada Manusia
Kel
Umur
Aktivitas
T0
oC
Tdingin/
Td oC
Tpanas/
Tp oC
T1=
|T0 – Tp|

T2 =
|T0 – Tp|

Ttotal =
|T1+ T2|
1
19
Makan
35,9
35,9
38,3
0
2,4
2,4
2
19
Kuliah
36,5
36,5
38,5
0
2
2
3
19
Jalan-jalan
36,8
36,75
38,1
0,05
1,3
1,35
4
19
Jalan
38,85
36,5
38,3
2,35
0,55
2,9
5
18
Makan, Kuliah
35,6
35,6
38,5
0
2,9
2,4

3.1.2     pada Katak
Kel
Umur
Aktivitas
T0oC
Tdingin/
Td oC
Tpanas/
Tp oC
T1=
|T0 – Tp|
T2 =
|T0 – Tp|
Ttotal =
|T1+ T2|
1


30
26
31
4
1
5
2


32
24,5
33
7,5
1
8,5
3


28
23
30
5
2
7
4


29
25
31
4
2
6
5


29
20
33
9
4
13

3.2         Pembahasan
3.2.1   Pada Manusia
Dalam praktikum  ini, objek percobaan (manusia) untuk mengetahui perubahan suhu yang terjadi saat lingkungan sekitarnya mengalami perubahan adalah manusia. Manusia adalah hewan berdarah panas, sesuai dengan litelatur dari Watson, 2002. Dalam praktikum ini, manusia mengalami tiga perlakuan yaitu pengukuran suhu tubuh manusia tanpa perlakuan, pengukuran suhu tubuh manusia dalam keadaan dingin, dan yang terakhir adalah pengukuran suhu tubuh manusia dalam keadaan panas. Manusia yang digunakan sebagai objek percobaan (manusia) dalam pratikum  ini yaitu 1 orang dari setiap kelompoknya. Karena kelompok pada praktikum ini terdiri dari 5 kelompok, maka manusia yang dilakukan dalam praktikum ini sebanyak 5 orang. Hal ini bertujuan untuk mengatahui dan mengamati ada tidaknya perbedaan suhu antara manusia yang dijadikan manusia tersebut yang mengalami perlakuan yang sama.
Masing-masing manusia tanpa perlakuan tersebut diukur suhunya menggunakan thermometer selama 3 menit dicatat suhunya sebagai suhu tubuh tanpa mengalami perlakuan (T0). Dari hasil pengamatan yang dilakukan, suhu dari ke-5 manusia yang diamati menunjukan bahwa suhu yang diperoleh berkisar antara 35,6 sampai 38,85. Hal ini sesuai dengan litelatur dari Campbell dkk tahun 2000, yang menyatakan bahwa hewan homoioterm dapat mempertahankan suhu tubuhnya dari 350C sampai 400C. Tetapi menurut referensi dai Guyton dan Hall tahun 2007 menyatakan suhu inti tubuh, sekitar 37,1ºC atau 36,5ºC sampai 37,5ºC. Hal ini berarti hasil pengamatan dari ke-5 manusia yang suhunya dibawah 36,50C dan diatas 37,50C sedang mengalami gangguan atau sakit
Manusia dengan perlakuan dingin, dengan cara masing-masing manusia meminum yoghert dingin dan di diamkan selama 1 menit di dalam mulut sebelum menelannya. Hal ini bertujuan untuk merubah lingkungan mulut dari normal menjadi dingin atau terjadinya perubahan lingkungan sekitar. Selanjutnya mengukur suhu dalam mulut (yang diasumsikan sebagai suhu tubuh dalam perlakuan dingin) selama 3 menit menggunakan thermometer. Suhu dingin (Td) yang diperoleh setelah pengukuran suhu selama 3 menit adalah 35,60C sampai 36,790C. Kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkunan atau homeostatis (∆T1) dapat diketahu dengan cara mengurangi hasil dari pengukuran suhu tanpa perlakuan (T0) denagan hasil pengukuran suhu dingin (Td) dimutlakan ( ∆T1 = | T0 – Td | ). Hasil perhitungan dari  data yang diperoleh (∆T1) adalah 0 sampai 2,23. Karena manusia termasuk kedalam hewan berdarah panas (homoiotherm) yang akan tetap mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan normal.
Manusia dengan perlakuan panas, masing-masing manusia meminum teh hangat yang telah disediakan dan di diamkan selama 1 menit di dalam mulut sebelum menelannya, mengukur suhu dalam mulut sebagi asumsi bahwa suhu dalam mulut itu adalah suhu tubuh dalam perlakuan panas dengan thermometer selam 3 menit. Hasil dari perlakuan ini (Tp) adalah 38,10C sampai 38,50C. Hasil ini dapat dikatakan bahwa masing-masing manusia dalam keadaan demam, karena suhu pada masing-masing manusia melebihi dari referensi dai Guyton dan Hall tahun 2007 yang menyatakan bahwa suhu normal manusia berkisar antara  36,5ºC sampai 37,5ºC. Tetapi hasil dari pengamatan suhu tubuh yang mengalami perlakuan panas masih dapat dipertahankan suhu tubuhnya oleh masing-masing manusia. Hal ini sesuai dengan litelatur dari Campbell dkk tahun 2000, yang menyatakan bahwa hewan homoioterm dapat mempertahankan suhu tubuhnya dari 350C sampai 400C. Kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan sekitar atau homeostatis (∆T2) pada masing-masing manusia padat diketahui dengan cara selisih dari hasil suhu normal (T0) dengan hasil suhu perlakuan panas (Tp) dimutlakan ( ∆T2 = | T0 – Tp | ). Hasil perhitungan (∆T2) yang diperoleh dari data tersebut berkisar antara 0.55 sampai 2,9. Karena manusia termasuk kedalam hewan berdarah panas (homoiotherm) yang akan tetap mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan normal.
Kemampuan homeostatis yang baik dapat ditentukan dengan cara menjumlahkan (∆T1) dan (∆T2). Hasil dari penjumlahan tersebut (∆Tt) adalah kemampuan homeostatis pada masing-masing manusia yang diuji cobakan. Homeostatis yang baik adalah manusia yang mengalami perubahan suhu yang paling sedikit dari (∆Tt) atau yang mendekati angka nol yaitu manusia dari kelompok 2.
Perbedaan suhu pada setiap manusia yang tanpa atau menggunakan perlakuan dikarenakan adanya perbedaan perbedaan aktivitas, dan usia. Hal ini sesuai dengan referensi dari Potter dan Perry tahun1996, yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh manusia antaralain, usia, lingkungan, stres, irama sirkadian, olahraga, kadar hormon. Manusia 3 dan 4 suhu normalnya paling tinggi dibandingkan dengan manusia kelompok lain, hal ini dikarenakan manusia kelompok 3 dan 4 melakukan aktivitas otot atau jalan-jalan. Hal tersebut sesuai dengan refernsi dari Watson 2002 bahwa produksi panas terendah dicapai selama tidur dan tertinggi, selama aktivitas otot.
3.2.2   Pada Katak
Katak merupakan salah satu hewan berdarah dingin yang tergolong dalam poiokiloterm, yaitu hewan yang beradaptasi dengan cara menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan sekitarnya. Dalam praktikum yang telah dilakukan, untuk mengetahui perubahan suhu tubuh katak dengan dan tanpa perlakuan. Setiap kelompok mengukur dan mengamati perubahan suhu tubuh katak dari katak yang tanpa perlakuan, katak dalam keadaan dingin, dan katak dalam keadaan panas.
Katak tanpa perlakuan, mengukur suhu tubuh katak tanpa perlakuan adalah dengan cara memasukan katak ke dalam gelas ukur yang ukurnnya sesuai dengam besar katak. Letakan katak dengan posisi kepala katak menghadap ke atas, hal ini agar memudahkan pada saat memasukan thermometer ke dalam mulut katak. Memasukan thermometer ke dalam mulut katak selama 3 menit. Setelah 3 menit suhu tubuh katak tanpa perlakuan (T0) adalah 280C samapai 320C.
Setelah suhu tubuh katak tanpa perlakuan dicatat, maka dilanjutkan dengan menambahkan air dingin ke dalam gelas ukur sampai tiga perempat bagian tubuh katak terendam air dingin. Memasukan thermometer ke dalam mulut ternak selama 3 menit. Apabila air dalam gelas ukur sampai merendam seluruh bagian tubuh ternak hasil yang di dapat dikhawatirkan air dingin  dalam gelas ukur mengenai thermometer sehingga mengrangi akurat suhu yang di dapat. Hasil yang di dapat setelah 3 menit, suhu tubuh katak lebih rendah dari suhu tubuh katak tanpa perlakuan yaitu 200C sampai 260C. Sedangkan katak dengan perlakuan panas prosedur yang digunakan sama seperti katak dengan perlakuan dingin. Hanya pada air dingin digantikan dengan air panas. Setelah 3 menit thermometer dalam mulut katak, di dapatkan suhu tubuh ternak meningkat menjadi 300C sampai 330C. Perubahan-perubahan suhu tubuh pada katak tersebut dikarenakan katak merupakan hewan berdarah dingin atau poiokiloterm, yaitu suhu tubuh katak akan mengikuti suhu lingkungan sekitarnya sebagi bentuk mempertahankan diri (homeostatis). Hal ini sesuai dengan refernsi Swenson tahun 1993.
Kemampuan homeostatis yang baik pada masing-masing katak dapat ditentukan dengan cara yang sama seperti penentuan homeostatis yang baik pada manusia. Yaitu ( ∆T1 = | T0 – Td | )  digunakan untuk mengetahui homeostatis katak yang baik pada saat lingkungan dingin dan ( ∆T2 = | T0 – Tp | ) untuk mengetahui homeostatis katak yang baik pada lingkungan panas. Total dari penjumlahan ∆T1 dan ∆T2 adalah kemampuan homeostatis katak. Kemampuan homeostatis yang baik ditandai dengan hasil penjumlahan (∆Tt)  dari ∆T1 dan ∆T2 yang mendekati angka nol (0). Homeostatis katak yang baik adalah kelompok 1
Perbedaan suhu tubuh katak dengan suhu tubuh manusia karena perbedaan pengelompokan golongan berdasarkan pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu hewan. Katak merupakan hewan berdarah panas atau golongan poiokiloterm, sedangkan manusia merupakan hewan berdarah panas atau homoioterm. Suhu tubuh katak akan mengikuti atau menyesuaikan dengan perubahan suhu lingkungan sekitarnya, tetapi manusia akan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan normal pada saat terjadinya perubahan suhu lingkungan sekitar.





3.3          
IV
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum pengaturan suhu tubuh manusia dan katak yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1.             Suhu tubuh manusia dari kelompok 1 sampai 5 dalam keadaan normal berturut-turut (dalam 0C) adalah 35,9 ; 36,5 ; 36,8 ; 38,85 ; 35,6, dalam keadaan dingin 35,9 ; 36,5 ; 36,75 ; 36,5, dan dalam keadaan panas adalah 38,3 ; 38,5 ; 38,1 ; 38,3 ; 38,5. Perubahan suhu tubuh manusia dari normal ke dingin atau dari normal ke panas hanya mengalami kenaikan beberapa derajat saja. Hal ini dikarenakan manusia termasuk hewan homoioterm atau mempertahankan diri agar suhu tubuh tetap normal pada saat terjadinya perubahan suhu lingkungan sekitar.
2.             Suhu tubuh katak dari kelompok 1 sampai 5 dalam keadaan normal berturut-turut (dalam 0C)  adalah 30 ; 32 ; 28 ; 29 ; 29, dalam keadaan dingin 26 ; 24,5 ; 23; 25 ; 20, sedangkan dalam keadaan panas adalah 31 ; 33 ; 30 ; 31 ; 39. Perubahan suhu tubuh katak dari normal ke dingin atau dari normal ke panas mengalami perubahan yang cukup jauh. Hal ini dikarenakan katak merupakan hewan golongan poiokiloterm atau bentuk mempertahankan dirinya dengancara menyamakan suhu tubuh katak dengan perubahan suhu lingkungan sekitarnya.


 
DAFTAR PUSTAKA








LAMPIRAN

Laporan Sementara  pada Manusia dan Katak Kelompok 7

Tidak ada komentar: