LAPORAN
AKHIR PRAKTIKUM
FISIOLOGI
TERNAK
PENGATURAN
SUHU TUBUH PADA MANUSIA DAN KATAK
Disusun Oleh
Kelompok : 7
Kelas : D
Jaenah Widiyanti 200110130020
Tarlina Sukandar 200110130031
Auliya Fajri 200110130252
![]() |
LABOLATORIUM FISIOLOGI TERNAK DAN BIOKIMIA
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Setiap hewan mempunyai daya kemampuan homeostatis
yang berbeda pada setiap spesiesnya. Homeostatis bertujuan untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan lingkungan sekitarnya.
merupakan bentuk homeostatis pada hewan untuk
menjaga agar suhu tubuh hewan tetap dalam keadaan stabil. Berdasarkan pengaruh
lingkungan terhadap suhu hewan, dibagi
kedalam dua golongan, yaitu poikiloterm
dan homoioterm.
Pada hewan
poikiloiterm, naiknya suhu lingkungan dapat meningkatkan suhu tubuhnya begitu
juga sebaliknya. Hewan yang termasuk dalam poikiloterm adalah hewan berdarah
dingin, seperti katak dan reptil. Sedangkan hewan homoioterm akan berusaha
mempertahankan suhu tubuhnya dalam kisaran tetap dengan suatu proses
homeostasis, hewan yang termasuk dalam homoioterm adalah manusia, sapi, ayam, dll.
Antara hewan berdarah dingin dengan hewan
berdarah panas sangat penting untuk dipelajari dengan menggunakan atau tanpa
perlakuan. Kareana dengan mempelajari , kita dapat membedakan antara hewan berdarah dingin dengan hewan
berdarah panas. Selain menggunakan teori, kita dapat pula menentukan hewan
berdarah dingin dan hewan berdarah panas dengan cara praktikan langsung teori
yang telah ada.
1.2
Tujuan
Praktikum
a.
Mengetahui suhu tubuh manusia dalam keadaan normal, dingin, dan panas,
beserta perubahannya.
b.
Mengetahui suhu tubuh katak dalam keadaan normal, dingin, dan panas,
beserta perubahannya.
.
1.3
Tempat dan
Waktu
Tempat : Laboratorium Fisiologi Ternak dan
Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Hari, tanggal : Rabu, 12 November 2014
Jam :15.00 – 17.00 WIB
II
MATERI
DAN METODE
2.1
Materi
2.1.1 Pengaturan Suhu Tubuh Manusia
Merupakan proses homeostatis untuk menjaga
agar suhu tubuh suatu hewan tetap dalam keadaan stabil dengan cara mengatur dan
mengontrol keseimbangan antara banyak energi (panas) yang diproduksi dengan
energi yang dilepaskan. Panas yang
terdapat pada hewan diperoleh dari proses metabolisme dari hewan sendiri atau
dari absorbs panas lingkungan (Suripto, 1998).
Berdasarkan pengaruh
suhu lingkungan terhadap suhu hewan, maka hewan dibagi menjadi dua
golongan, yaitu poikiloterm dan
homoioterm. Hewan
poikiloterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luar
untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan
sistem metabolismenya hanya sedikit. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin(Guyton,
1995).
Sedangkan hewan
homoioterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di
dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan. Di lain
pihak hewan homoioterm disebut hewan berdarah panas. Suhu tubuh hewan
homoioterm lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya
sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoioterm biasanya mempertahankan
suhu tubuh mereka di sekitar 35 – 40°C. Suhu tubuh merupakan keseimbangan
antara perolehan panas dari dalam (metabolisme) atau luar dengan kehilangan
panas. Hewan homoioterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang
berbeda akibat kemampuan mengatur suhu tubuh (Campbell dkk, 2000). Manusia
adalah hewan berdarah panas, dan suhunya dipertahankan pada 370C
(Watson, 2002). Suhu inti tubuh, sekitar 37,1ºC atau 36,5ºC sampai 37,5ºC,
disebut “set-point” (Guyton dan Hall,
2007).
Berikut adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi suhu tubuh manusia :
a.
Usia
Regulasi suhu tidak stabil sampai
anak – anak mencapai pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur
sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh
yang lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35º C tidak lazim pada lansia
dalam cuaca dingin. Namun, rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 35ºC.
Lansia terutama sensitive terhadap suhu eskrim, karena kemunduran
mekanisme control, terutama pada control vasomotor, penurunan jumlah jaringan
subkutan, penurunan aktivitas kelenjar, dan penurunan metabolism.
b.
Olahraga
Aktivitas otot memerlukan
peningkatan suplai darah dan pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini
menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga
dapat meningkatkan suhu tubuh.
c.
Kadar Hormon
Secara umum wanita mengalami
fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar daripada pria. Variasi tubuh dapat
digunakan untuk memperkirakan masa paling subur pada wanita untuk hamil.
d.
Irama Sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5
– 1 ºC selama periode 244 jam. Bagaimanapun suhu merupakan irama paing stabil
pada manusia. Tapi pola suhu tubuh tidak berubah secara otomatis pada orang
yang bekerja malam hari dan tidur siang hari. Perlu waktu 1 – 3 minggu untuk
perputaran tersebut berubah. Secara umum irama sirkadian tidak berubah secara
usia.
e.
Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan
suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persyarafan. Perubahan fisiologi
tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau
tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal.
f.
Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh.
Jika suhu dikaji dalam ruangan hangat klien mungkin tidak mungkin meregulasi
suhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh akan naik. Jika
klien berada diluar lingkungan luar tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin
rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang kondusif
( Potter dan Perry, 1996 ).
Hewan berdarah panas
adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang
konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya (Campbell dkk,
2000). Produksi panas terutama berlangsung akibat aktivitas metabolisme. Panas
tambahan dihasilkan oleh latihan, aktivitas, peningkatan tekanan otot,
menggigil, dan juga gangguan endokrin, infeksi, trauma; dan oleh emosi.
Produksi panas terendah dicapai selama tidur dan tertinggi, selama aktivitas
otot (Watson, 2002).
Suhu tubuh bergantung pada neraca
keseimbangan antara panas yang produksi atau diabsorbsi dengan panas yang
hilang. Panas yang hilang dapat berlansung secara radiasi, koveksi, konduksi
dan evaporasi. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air,
besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi (Martini, 1998). keringat
dari permukaan kulit berlangsung terus menerus dan memberi efek dingin pada
kulit (Watson, 2002).
Panas juga hilang dari
tubuh setiap kali udara dihembuskan, karena udara yang dikeluarkan mengandung
uap air yang berevaporasi. Hanya sejumlah kecil panas tubuh hilang melalui
pengeluaran urine dan feses. Pada suhu panas, untuk menjaga suhu normal :
1. Produksi
panas dikurangi, kelenjar tiroid dan adrenal tidak menstimulasi aktivitas
jaringan yang berlebihan.
2. Kehilangan
panas ditingkatkan dengan mendilatasi pembuluh darah dikulit, sehingga radiasi,
konduksi, konveksi ditingkatkan. Hal ini meningkatkan produksi keringat
sehingga panas yang lebih banyak hilang melalui evaporasi (Watson, 2002).
2.1.2 Pada
Katak
Hewan poikiloterm suhunya
dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu organ tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan
suhu organ tubuh bagian luar yang dipengaruhi oleh suhu sekitarnya. Perbedaan
suhu dibagian-bagian ini diakibatkan oleh adanya panas yang diproduksi, panas
yang diperoleh dan panas yang dilepaskan bagian tersebut. Hewan seperti ini
disebut juga hewan berdarah dingin (Duke’s, 1995).
Makhluk hidup yang termasuk poikiloterm adalah katak. Katak sebagai poikiloterm merupakan hewan
yang suhu tubuhnya tergantung kepada perubahan temperature lingkungan hewan
berada karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan system metabolismenya
hanya sedikit. Suhu tubuh hewan ini berubah sesuai dengan lingkungannya. Hewan
ini akan aktif bila suhu lingkungan panas dan akan pasif (berdiam di suatu
tempat) bila suhu lingkungan rendah. Hal yang menyebabkan hewan tersebut tidak
dapat menghasilkan panas yang cukup untuk tubuhnya karena darah dari hewan
poikiloterm ini biasanya bercampur antara darah bersih dan darah kotor. Ini
disebabkan karena belum sempurnanya katup pada jantung hewan tersebut (Duke’s, 1995).
Hewan poikiloterm tidak mempunyai sistem pengaturan panas yang
sempurna, sehingga jika suhu sekeliling naik, maka suhu tubuh akan naik
(tergantung pada pengaruh lingkungan). Suhu organ dalam berbeda dengan suhu
organ luar tubuh (Swenson, 1993).
2.2
Metode
2.2.1 Pada
Manusia
A.
Alat dan Bahan
1. Alat
:
a. Thermometer
b. Alat pencatat waktu (Stop Watch)
2. Bahan
:
a. Manusia
(objek percobaan)
b. Yogurt
c. Teh
hangat
B.
Prosedur
1.
Tanpa perlakuan
a.
Memasukan
thermometer
ke dalam mulut manusia (objek percobaan) selama 3 menit.
b.
Mengamati dan mencata
hasil pengamatan.






Thermometer + Manusia = catat
selama 3 menit
2.
Perlakuan dingin
· Manusia
meminum yoghert dingin dan mendiamkam youghert dalam mulut selama 1 menit
sebelum menelannya.
· Memasukan
thermometer ke dalam mulut selama 3 menit.
· Mengamati
dan mencatat hasilnya.
|







Yoghert + Manusia + Thermometer
3. Perlakuan
panas
· Manusia
meminum teh hangat dan mendiamkan teh hangat dalam mulut selama 1 menit sebelum
menelannya.
· Memasukan
thermometer ke dalam mulut selama 3 menit.
· Mengamati
dan mencatat hasilnya.
|







Teh
hangat + Manusia +
Thermometer ke dalam mulut
2.2.2 Pada
Katak
A.
Alat dan Bahan
1. Alat
:
· Gelas
ukur
· Thermometer
· Alat
pencatat waktu (stop watch)
2. Bahan
:
· Katak
(objek percobaan)
· Air
hangat
· Air
dingin
B.
Prosedur
1. Tanpa
perlakuan
· Memasukan
katak ke dalam gelas ukur.
· Memasukan
thermometer ke dalam mulut katak selama 3 menit.
· Mengamati
dan mencatat hasilnya.








Katak +
Gelas ukur + Thermometer ke dalam mulut = catat selama 3 menit
2. Perlakuan
dingin
· Memasukan
katak ke dalam gelas ukur.
· Memasukan
air dingin ke dalam ukur sampai tiga perempat tubuh katak terendam.
· Memasukan
thermometer ke dalam mulut katak selama 3 menit.
· Mengamati
dan mencata hasilnya
|









Katak +
Gelas ukur + Air dingin
+ Thermometer
3. Perlakuan
panas
· Memasukan
katak ke dalam gelas ukur.
· Memasukan
air hangat ke dalam gelas ukur hingga merendam tiga perempat bagian tubuh
katak.
· Memasukan
thermometer ke dalam mulut katak selama 3 menit.
· Mengamati
dan mencatat hasilnya.





|




Katak +
Gelas ukur + Air hangat
+ Thermometer
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
3.1.1 Pada Manusia
Kel
|
Umur
|
Aktivitas
|
T0
oC
|
Tdingin/
Td
oC
|
Tpanas/
Tp
oC
|
∆T1=
|T0 – Tp|
|
∆T2 =
|T0 – Tp|
|
Ttotal
=
|T1+
T2|
|
1
|
19
|
Makan
|
35,9
|
35,9
|
38,3
|
0
|
2,4
|
2,4
|
2
|
19
|
Kuliah
|
36,5
|
36,5
|
38,5
|
0
|
2
|
2
|
3
|
19
|
Jalan-jalan
|
36,8
|
36,75
|
38,1
|
0,05
|
1,3
|
1,35
|
4
|
19
|
Jalan
|
38,85
|
36,5
|
38,3
|
2,35
|
0,55
|
2,9
|
5
|
18
|
Makan,
Kuliah
|
35,6
|
35,6
|
38,5
|
0
|
2,9
|
2,4
|
3.1.2 pada Katak
Kel
|
Umur
|
Aktivitas
|
T0oC
|
Tdingin/
Td
oC
|
Tpanas/
Tp
oC
|
∆T1=
|T0 – Tp|
|
∆T2 =
|T0 – Tp|
|
Ttotal
=
|T1+
T2|
|
1
|
30
|
26
|
31
|
4
|
1
|
5
|
||
2
|
32
|
24,5
|
33
|
7,5
|
1
|
8,5
|
||
3
|
28
|
23
|
30
|
5
|
2
|
7
|
||
4
|
29
|
25
|
31
|
4
|
2
|
6
|
||
5
|
29
|
20
|
33
|
9
|
4
|
13
|
3.2
Pembahasan
3.2.1 Pada
Manusia
Dalam
praktikum ini, objek percobaan (manusia)
untuk mengetahui perubahan suhu yang terjadi saat lingkungan sekitarnya
mengalami perubahan adalah manusia. Manusia adalah hewan berdarah panas, sesuai
dengan litelatur dari Watson, 2002. Dalam praktikum ini, manusia mengalami tiga
perlakuan yaitu pengukuran suhu tubuh manusia tanpa perlakuan, pengukuran suhu
tubuh manusia dalam keadaan dingin, dan yang terakhir adalah pengukuran suhu
tubuh manusia dalam keadaan panas. Manusia yang digunakan sebagai objek
percobaan (manusia) dalam pratikum ini
yaitu 1 orang dari setiap kelompoknya. Karena kelompok pada praktikum ini
terdiri dari 5 kelompok, maka manusia yang dilakukan dalam praktikum ini
sebanyak 5 orang. Hal ini bertujuan untuk mengatahui dan mengamati ada tidaknya
perbedaan suhu antara manusia yang dijadikan manusia tersebut yang mengalami
perlakuan yang sama.
Masing-masing manusia
tanpa perlakuan tersebut diukur suhunya menggunakan thermometer selama 3 menit
dicatat suhunya sebagai suhu tubuh tanpa mengalami perlakuan (T0).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, suhu dari ke-5 manusia yang diamati
menunjukan bahwa suhu yang diperoleh berkisar antara 35,6 sampai 38,85. Hal ini
sesuai dengan litelatur dari Campbell dkk tahun 2000, yang menyatakan bahwa
hewan homoioterm dapat mempertahankan suhu tubuhnya dari 350C sampai
400C. Tetapi menurut referensi dai Guyton dan Hall tahun 2007
menyatakan suhu
inti tubuh, sekitar 37,1ºC atau 36,5ºC sampai 37,5ºC. Hal ini berarti hasil
pengamatan dari ke-5 manusia yang suhunya dibawah 36,50C dan diatas
37,50C sedang mengalami gangguan atau sakit
Manusia dengan perlakuan dingin, dengan cara masing-masing manusia
meminum yoghert dingin dan di diamkan selama 1 menit di dalam mulut sebelum
menelannya. Hal ini bertujuan untuk merubah lingkungan mulut dari normal
menjadi dingin atau terjadinya perubahan lingkungan sekitar. Selanjutnya
mengukur suhu dalam mulut (yang diasumsikan sebagai suhu tubuh dalam perlakuan
dingin) selama 3 menit menggunakan thermometer. Suhu dingin (Td)
yang diperoleh setelah pengukuran suhu selama 3 menit adalah 35,60C
sampai 36,790C. Kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkunan atau homeostatis (∆T1) dapat diketahu dengan cara
mengurangi hasil dari pengukuran suhu tanpa perlakuan (T0) denagan
hasil pengukuran suhu dingin (Td) dimutlakan (
∆T1 = | T0 – Td
| ). Hasil perhitungan dari data yang
diperoleh (∆T1) adalah 0 sampai 2,23. Karena manusia termasuk
kedalam hewan berdarah panas (homoiotherm) yang akan tetap mempertahankan suhu
tubuhnya dalam keadaan normal.
Manusia dengan perlakuan panas, masing-masing manusia
meminum teh hangat yang telah disediakan dan di diamkan selama 1 menit di dalam
mulut sebelum menelannya, mengukur suhu dalam mulut sebagi asumsi bahwa suhu
dalam mulut itu adalah suhu tubuh dalam perlakuan panas dengan thermometer
selam 3 menit. Hasil dari perlakuan ini (Tp) adalah 38,10C
sampai 38,50C. Hasil ini dapat dikatakan bahwa masing-masing manusia
dalam keadaan demam, karena suhu pada masing-masing manusia melebihi dari referensi
dai Guyton dan
Hall tahun 2007 yang menyatakan bahwa suhu normal manusia berkisar
antara 36,5ºC sampai 37,5ºC. Tetapi
hasil dari pengamatan suhu tubuh yang mengalami perlakuan panas masih dapat
dipertahankan suhu tubuhnya oleh masing-masing manusia. Hal
ini sesuai dengan litelatur dari Campbell dkk tahun 2000, yang menyatakan bahwa
hewan homoioterm dapat mempertahankan suhu tubuhnya dari 350C sampai
400C. Kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
sekitar atau homeostatis (∆T2) pada masing-masing manusia
padat diketahui dengan cara selisih dari hasil suhu normal (T0)
dengan hasil suhu perlakuan panas (Tp) dimutlakan ( ∆T2 = | T0 – Tp
| ). Hasil perhitungan (∆T2) yang diperoleh dari data tersebut
berkisar antara 0.55 sampai 2,9. Karena manusia termasuk kedalam hewan berdarah
panas (homoiotherm) yang akan tetap mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan
normal.
Kemampuan homeostatis yang baik dapat ditentukan dengan cara
menjumlahkan (∆T1) dan (∆T2). Hasil dari penjumlahan
tersebut (∆Tt) adalah kemampuan homeostatis pada masing-masing
manusia yang diuji cobakan. Homeostatis yang baik adalah manusia yang mengalami
perubahan suhu yang paling sedikit dari (∆Tt) atau yang mendekati
angka nol yaitu manusia dari kelompok 2.
Perbedaan suhu pada setiap manusia yang tanpa atau
menggunakan perlakuan dikarenakan adanya perbedaan perbedaan aktivitas, dan
usia. Hal ini sesuai dengan referensi dari Potter dan
Perry tahun1996, yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi suhu
tubuh manusia antaralain, usia, lingkungan,
stres,
irama
sirkadian, olahraga,
kadar hormon. Manusia 3 dan 4 suhu normalnya
paling tinggi dibandingkan dengan manusia kelompok lain, hal ini dikarenakan manusia
kelompok 3 dan 4 melakukan aktivitas otot atau jalan-jalan.
Hal tersebut sesuai dengan refernsi dari Watson 2002 bahwa produksi panas
terendah dicapai selama tidur dan tertinggi, selama aktivitas otot.
3.2.2 Pada
Katak
Katak merupakan
salah satu hewan berdarah dingin yang tergolong dalam poiokiloterm, yaitu hewan
yang beradaptasi dengan cara menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
sekitarnya. Dalam praktikum yang telah dilakukan, untuk mengetahui perubahan
suhu tubuh katak dengan dan tanpa perlakuan. Setiap kelompok mengukur dan
mengamati perubahan suhu tubuh katak dari katak yang tanpa perlakuan, katak
dalam keadaan dingin, dan katak dalam keadaan panas.
Katak tanpa
perlakuan, mengukur suhu tubuh katak tanpa perlakuan adalah dengan cara
memasukan katak ke dalam gelas ukur yang ukurnnya sesuai dengam besar katak.
Letakan katak dengan posisi kepala katak menghadap ke atas, hal ini agar
memudahkan pada saat memasukan thermometer ke dalam mulut katak. Memasukan
thermometer ke dalam mulut katak selama 3 menit. Setelah 3 menit suhu tubuh
katak tanpa perlakuan (T0) adalah 280C samapai 320C.
Setelah suhu
tubuh katak tanpa perlakuan dicatat, maka dilanjutkan dengan menambahkan air
dingin ke dalam gelas ukur sampai tiga perempat bagian tubuh katak terendam air
dingin. Memasukan thermometer ke dalam mulut ternak selama 3 menit. Apabila air
dalam gelas ukur sampai merendam seluruh bagian tubuh ternak hasil yang di
dapat dikhawatirkan air dingin dalam
gelas ukur mengenai thermometer sehingga mengrangi akurat suhu yang di dapat.
Hasil yang di dapat setelah 3 menit, suhu tubuh katak lebih rendah dari suhu
tubuh katak tanpa perlakuan yaitu 200C sampai 260C.
Sedangkan katak dengan perlakuan panas prosedur yang digunakan sama seperti
katak dengan perlakuan dingin. Hanya pada air dingin digantikan dengan air
panas. Setelah 3 menit thermometer dalam mulut katak, di dapatkan suhu tubuh
ternak meningkat menjadi 300C sampai 330C.
Perubahan-perubahan suhu tubuh pada katak tersebut dikarenakan katak merupakan
hewan berdarah dingin atau poiokiloterm, yaitu suhu tubuh katak akan mengikuti
suhu lingkungan sekitarnya sebagi bentuk mempertahankan diri (homeostatis). Hal
ini sesuai dengan refernsi Swenson tahun 1993.
Kemampuan
homeostatis yang baik pada masing-masing katak dapat ditentukan dengan cara
yang sama seperti penentuan homeostatis yang baik pada manusia. Yaitu ( ∆T1 = | T0 – Td
| ) digunakan untuk mengetahui
homeostatis katak yang baik pada saat lingkungan dingin dan (
∆T2 = | T0 – Tp
| ) untuk mengetahui homeostatis katak yang baik pada
lingkungan panas. Total dari penjumlahan ∆T1 dan ∆T2 adalah
kemampuan homeostatis katak. Kemampuan homeostatis yang baik ditandai dengan hasil
penjumlahan (∆Tt) dari ∆T1 dan
∆T2 yang mendekati angka
nol (0). Homeostatis katak yang baik adalah
kelompok 1
Perbedaan suhu tubuh katak dengan suhu tubuh manusia karena
perbedaan pengelompokan golongan berdasarkan pengaruh suhu lingkungan terhadap
suhu hewan. Katak merupakan hewan berdarah panas atau golongan poiokiloterm,
sedangkan manusia merupakan hewan berdarah panas atau homoioterm. Suhu tubuh
katak akan mengikuti atau menyesuaikan dengan perubahan suhu lingkungan
sekitarnya, tetapi manusia akan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan normal
pada saat terjadinya perubahan suhu lingkungan sekitar.
3.3
IV
KESIMPULAN
Dari hasil
praktikum pengaturan suhu tubuh manusia dan katak yang telah kami lakukan,
dapat disimpulkan bahwa :
1.
Suhu tubuh manusia dari
kelompok 1 sampai 5 dalam keadaan normal berturut-turut (dalam 0C)
adalah 35,9 ; 36,5 ; 36,8 ; 38,85 ; 35,6, dalam keadaan dingin 35,9 ; 36,5 ;
36,75 ; 36,5, dan dalam keadaan panas adalah 38,3 ; 38,5 ; 38,1 ; 38,3 ; 38,5.
Perubahan suhu tubuh manusia dari normal ke dingin atau dari normal ke panas
hanya mengalami kenaikan beberapa derajat saja. Hal ini dikarenakan manusia
termasuk hewan homoioterm atau mempertahankan diri agar suhu tubuh tetap normal
pada saat terjadinya perubahan suhu lingkungan sekitar.
2.
Suhu tubuh katak dari
kelompok 1 sampai 5 dalam keadaan normal berturut-turut (dalam 0C) adalah 30 ; 32 ; 28 ; 29 ; 29, dalam keadaan
dingin 26 ; 24,5 ; 23; 25 ; 20, sedangkan dalam keadaan panas adalah 31 ; 33 ;
30 ; 31 ; 39. Perubahan suhu tubuh katak dari normal ke dingin atau dari normal
ke panas mengalami perubahan yang cukup jauh. Hal ini dikarenakan katak
merupakan hewan golongan poiokiloterm atau bentuk mempertahankan dirinya
dengancara menyamakan suhu tubuh katak dengan perubahan suhu lingkungan
sekitarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
Laporan Sementara pada Manusia dan Katak Kelompok 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar