LAPORAN
KUNJUNGAN
LAPANGAN
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Model dan Fidelity Komunikasi di Desa Raharja
Disusun Oleh
Kelompok:
2
Kelas : D
Ismail Suryadi
Lubis 200110130016
Rastra Ramdhani 200110130017
Jaenah Widiyanti 200110130020
Siti Rohadatul
‘Aisy 200110130022
Lutfhi Ibrahim 200110130075
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Kegiatan
Desa Raharja adalah salah satu desa di Kecamatan
Tanjungsari Kabupaten Sumedang yang hampir seluruh masyarakatnya bermata
pencaharian sebagai petani dan peternak. Di era sekarang ini, pembangunan di
segala bidang sedang giat-giatnya dilaksanakan mulai dari perkotaan hingga ketingkat pedesaan. Sudah jutaan bahkan
puluhan juta dana telah diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah atau ke kelompok-kelompok masyarakat didaerah untuk menunjang
keberhasilan pembangunan tersebut.
Demi keberhasilan pembangunan
tersebut maka peran serta masyarakat dalam menentukan arah pemabangunan
sangatlah penting agar tujuan dari pembangunan tersebut bisa mencapai sasaran,
yaitu bidang-bidang pembangunan yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang
menjadi kebutuhan masyarakat setempat.
Untuk itu diperlukan suatu
komunikasi antara kelompok-kelompok yang hendak membangun masyarakat sebagai
sasaran dari pembangunan tersebut, sehingga pembangunan yang dijalankan bisa
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Keberhasilan pembangunan tidak lepas dari adanya komunikasi pembanguan. Dalam komunikasi yang terjalin antara kelompok pembangun dengan masyarakat menggunakan model komunikasi yang berbeda-beda. Model komunikasi tersebut dapat ditentukan dari cara penyampaian kelompok pembangun kepada masyarakat.
Keberhasilan pembangunan tidak lepas dari adanya komunikasi pembanguan. Dalam komunikasi yang terjalin antara kelompok pembangun dengan masyarakat menggunakan model komunikasi yang berbeda-beda. Model komunikasi tersebut dapat ditentukan dari cara penyampaian kelompok pembangun kepada masyarakat.
Model komunikasi berhubungan erat dengan fidelity
komunikasi. Pengaruh fidelity komunikasi terhadap model komunikasi, yaitu menciptakan
keadaan yang harmonis antara kelompok pembangun dengan masyarakat. Untuk itu kami melakukan kunjungan langsung ke desa tersebut guna
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pembangunan desa dan mengetahui
model komunikasi yang digunakan dalam melakukan pembangunan desa.
1.2
Tujuan
Kegiatan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui data monografi dan karakteristik penduduk
Kampung Sirah Cai, Desa Raharja .
2. Menegtahui agen pembangunan, pengomunikasian pesan dan
salurannya, serta tokoh masyarakat yang berperan dalam pembangunan Kampung
Sirah Cai, Desa Raharja.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui kegiatan pembangunan yang telah dilakukan di
Kampung Sirah Cai, Desa Raharja.
2. Mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan di Kampung
Sirah Cai, Desa Raharja.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembangunan
dalam bidang peternakan.
4. Mengetahui ketidakberhasilan pembangunan dalam bidang
peternakan.
5. Menegtahui kajian keberhasilan di Kampung Sirah Cai, Desa
Raharja.
6. Mengetahui ketidakberhasilan suatu program pembangunan di
Kampung Sirah Cai, Desa Raharja.
7. Mengetahui metode komunikasi dan fidelity komunikasi dari
pembangunan di Kampung Sirah Cai, Desa Raharja yang telah dikaji.
1.3
Waktu
dan Tempat Kegiatan
Waktu :
Kamis, 13 November 2014
Tempat : Kampung Sirah Cai, Desa Raharja,
Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Model
Komunikasi
Model adalah
representasi suatu fenomena nyata atau abstrak dengan menonjolkan unsur-unsur
terpenting dari fenomena tersebut. Model dapat disebut juga sebagai gambaran
informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori (teori yang lebih
disederhanakan) (Yunasaf, Unang. 2013).
2.2
Fungsi
Model Komunikasi
Menurut Deutsch (1996),
model komunikasi memiliki fungsi, antara lain :
1.
Organizing
function, mengorganisasikan
(kemiripan data dan hubungan) yang tadinya tidak teramati. Suatu model memberi
gambaran umum suatu keadaan tertentu yang berbeda.
2.
Explaining,
menunjukkan fakta-fakta dan metode baru yang tidak
diketahui (heuristik).
3.
To predict, sebuah model memungkinkan kita untuk memprediksi outcome
atau keadaan dari suatu peristiwa.
4.
Mengukur
fenomena (pengukuran).
5.
Melukiskan
proses komunikasi.
6.
Menunjukkan
hubungan visual
7.
Memperbaiki
kemacetan komunikasi.
2.3
Macam-macam Model Komunikasi
1. Model
S-R (Stimulus-Respon)
Model ini adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh
disiplin psikologi, khususnya yang beraliran bihavioristik. Komunikasi dianggap
sebagai suatu proses aksi-reaksi yang sangat sederhana. Contoh model ini,
misalnya ketika saya tersenyum pada Anda dan Anda membalas senyiman saya. Model
ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan-tulisan), isyarat-isyarat non
verbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang
lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu (Yunasaf,
Unang. 2013).
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
Stimulus Respons
Model ini mengabaikan adanya faktor manusia seperti sistem internal
individu. Model ini menganggap komunikasi bersifat statis, yaitu menganggap
bahwa manusia melakukan sesuatu/berperilaku karena kekuatan dari luar
(stimulus). Jadi dapat dikatakan pada model ini komunikasinya bukan berdasarkan kehendak, keinginan atau kemauan
bebasnya (Yunasaf, Unang. 2013).
2. Model
Aristoteles
Aristoteles adalah orang pertama yang merumuskan model
komunikasi verbal pertama. Model ini merupakan basic politic. Proses komunikasi pada model ini terjadi ketika ada
seorang pembicara berbicara kepada orang lain atau khalayak lain dalam rangka merubah sikap mereka. Model ini mempunyai
tiga unsur dasar, yaitu pembicara (speaker),
pesan (message), dan pendengar (Listener) (Yunasaf, Unang. 2013).
|
|||||
Model
ini memiliki ciri-ciri, yaitu :
a. Sebagai
model klasik yang merupakan penggambaran
dari komunikasi retoris, komunikasi publik atau pidato.
b. Fokus
komunikasi retoris (Publik Speaking).
c. Bersifat
persuasi yang dapat dicapai oleh etos (kepercayaan anda), logos (logika dalam pendapat Anda) dan memainkan emosi
khalayak (parthos khalayak) (Yunasaf, Unang. 2013).
Salah satu kelemahan model ini adalah dalam prosesnya komunikasi dipandang
sebagai suatu yang statis dan tidak mempedulikan saluran, umpan balik, efek,
dan kendala-kendala. Selain itu model ini hanya fokus pada komunikasi yang
disengaja (komunikator mempunyai keinginan secara sadar untuk merubah sikap orang
lain) (Yunasaf,
Unang. 2013).
3. Model Laswell
Model ini merupakan sebuah pandangan umum tentang
komunikasi yang dikembangkan dari batasan ilmu politik.
· Who?
<Siapa yang mengatakan>
· Says what?
<Apa yang dikatakan>
· In Which Channel?
<Dengan saluran apa>
· To Whom?
<Kepada siapa>
· With what effect?
<Bagaimana pengaruhnya>
Adapun lima unsur
komunikasi yaitu :
a. Sumber
(Source) disebut juga pengirim (Sender), penyandi (Encoder), komunikator (Communicator),
pembicara (Speaker).
b. Pesan
(Message) atau disebut juga informasi
(Information)
c. Saluran
(Channel) atau disebut media.
d. Penerima
(Receiver) atau disebut juga sasaran
(Destination), komunikan (Communicate), penyandi balik (Decoder), pendengar (Listener), penafsir (Interpreter).
e. Efek
(Effect) atau disebut juga dampak (Impact), pengaruh (Influence) (Yunasaf, Unang. 2013).
Model ini mengungkapkan efek yang secara tidak langsung menunjukkan adanya
perubahan yang bisa diukur dan diamati pada penerima yang disebabkan
unsur-unsur yang bisa diidentifikasi dalam prosesnya. Model ini lebih sesuai
diterapkan pada kajian komunikasi massa (Yunasaf, Unang. 2013).
4. Model Shannon dan Weaver
Model Shannon dan
Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan pesan untuk
dikomunikasikan, pemancar mengubah pesan menjadi signal sesuai dengan
saluran apa yang dia gunakan. Saluran adalah medium yang digunakan untuk
mengirim signal dari pemancar ke
penerima, adapun sasaran itu adalah orang yang dijadikan tujuan untuk
menyampaikan pesan (Yunasaf, Unang. 2013).
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
|||||||||||
![]() |
Signal message

Model ini
terdiri dari lima elemen, yaitu:
1. Information Source adalah yang memproduksi pesan.
2.
Transmitter
yang menyandikan pesan dalam bentuk sinyal.
3.
Channel adalah saluran pesan.
4.
Receiver adalah pihak yang menguraikan atau mengkonstruksikan
pesan dari sinyal.
5.
Destination
adalah dimana pesan sampai (Yunasaf,
Unang. 2013).
Model ini merupakan pola komunikasi satu arah yang
berlangsung tanpa ada timbal balik secara langsung, juga bila ada hambatan (noise) dalam berkomunikasi akan mengganggu
keefektifan dalam berkomunikasi. Konsep penting dalam model ini adalah gangguan (noise), yaitu setiap
rangsangan ada tambahan yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kecermatan
pesan yang disampaikan (Yunasaf, Unang. 2013).
Model ini diterapkan pada
konteks-konteks komunikasi lainnya seperti komunikasi antarpribadi, komunikasi
publik atau komunikasi massa. Sayangnya, model ini juga memberikan gambaran
yang parsial mengenai proses komunikasi. Model ini juga
menjelaskan bahwa setiap informasi yang disajikan (message) merupakan
proses komunikasi. Informasi yang disampaikan memiliki tujuan untuk menambah
pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku individu serta khalayak (Yunasaf,
Unang. 2013).
5. Model Schramm
Menurut Schram komunikasi membutuhkan tiga unsur, yaitu:
- Sumber, bisa berupa seorang individual berbicara, menulis, menggambar, bergerak dan sebuah organisasi komunikasi (koran, rumah produksi, televisi).
- Pesan, dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian tangan, atau sinyal-sinyal lain yang memiliki makna.
- Sasaran, dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat, membaca, anggota dari sebuah kelompok, mahasiswa dalam perkuliahan, khalayak massa, pembaca surat kabar, penonton televisi, dll.
Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk menciptakan commonness
antara komunikator dan komunikan. Schramm mengenalkan konsep field of experience,
yang menurut Schramm sangat berperan dalam menentukan apakah komunikasi
diterima sebagaimana yang diinginkan oleh komunikan. Schramm mengatakan bahwa
pentingnya feedback adalah suatu cara untuk mengatasi masalah noise.
Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan feedback maka ia akan
berada pada posisi komunikator (source) (Yunasaf, Unang.
2013).
![]() |


![]() |
|||
![]() |
|||
Dinamis

Saluran Sumber
(Yunasaf, Unang. 2013).
6. Model
Berlo
Model ini memperlihatkan komunikasi satu arah dan hanya terdiri dari
komponen-komponen utama, seperti sumber, saluran dan penerima. Model komunikasi
Berlo disamping menekankan ide bahwa meaning are in the people. Dengan
kata lain, dapat dikatakan bahwa interpretasi pesan terutama tergantung kepada
arti dari kata atau pesan yang di tafsirkan oleh pengirim atau penerima pesan (Yunasaf,
Unang. 2013).
7. Model Interaksional
Model ini berlawanan dengan model stimulus-respons (S-R) dan beberapa model
linier lainnya. Sementara model-model tersebut berasumsi bahwa manusia sebagai
pasif, model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Pada
model ini para peserta komunikasi adalah orang-orang yang mengembangkan potensi
manusiawi melalui interaksi sosial (pengambilan peran orang lain / role taking). Diri (self) berkembang lewat interaksi dengan orang lain, dari lingkungan
tedekat (significant other) ke tahap
permainan (play stage) kemudian ke
lingkungan luas (generalized other)
melalui tahap pertandingan (game stage)
(Yunasaf, Unang. 2013).
|
||||||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||||||
![]() |
||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||
|
(Yunasaf, Unang. 2013).
2.4
Fidelity
Komunikasi
Fidelity adalah model implementasi
berupa cara pemberian instruksi dimana ia dirancang untuk diwujudkan. Dalam komunikasi makna dari fidelity
komunikasi merupakan tingkat ketepatan yang memperkenalkan keberhasilan
komunikasi antara sumber dan penerima pesan. Seorang encoder yang memiliki ketepatan/fidelity yang tinggi jika memiliki pengekspresian arti/pesan/maksud/tujuan
sumber dengan baik, sedangkan seorang decoder memiliki ketepatan/fidelity yang
tinggi jika memiliki kemampuan menterjemahkan pesan kepada penerima dengan
sempurna. Gangguan (noise) akan
memperkecil efektivitas komunikasi,
sehingga semakin rendah noise akan
semakin tinggi fidelity. Sebaliknya
apabila gangguan (noise) semakin tinggi,
maka akan semakin rendah fidelitynya (Yunasaf,
Unang. 2013).
2.5
Analisis
Fidelity dan Unsur-Unsur Komunikasi
1. Fidelity
sumber dipengaruhi oleh:
a. Keterampilan
berkomunikasi
Menunjukkan tingkat ketepatan
dengan cara mempengaruhi kemampuan menganalisis maksud/tujuan dan mempengaruhi
kemampuan menyandi pesan.
b. Sikap
Merupakan predisposisi, tendensi
atau harapan terhadap sesuatu. Sikap ini dapat mencakup sikap terhadap diri
sendiri, isi pesan dan penerima pesan.
c. Tingkat
pengetahuan
Terhadap materi dan
keadaan penerima pesan.
d. Sistem
social budaya (dimana sumber dan pendengar berada)
2. Fidelity
penerima pesan dipengaruhi oleh:
a. Keterampilan
berkomunikasi
b. Sikap
(terhadap diri sendiri, materi pesan, dan kepada sumber pesan)
c. Tingkap
pengetahuan (terhadap materi pesan dan keadaan sumber pesan)
d. Sistem
social budaya (dimana penerima berada dan sumber pesan)
3. Fidelity
pesan dipengaruhi oleh:
a. Kode
pesan-pesan (sekumpulan simbol-simbol yang bisa diterapkan/dimengerti orang
lain)
b. Isi
pesan (muatan materi pada pesan). Dalam hal harus memilih cara yang tepat dalam
menentukan struktur dan isi
pesan.
c. Perlakuan
isi pesan (keputusan yang dimbil untuk menyatakan isi dan kode pesan)
4. Fidelity
saluran dipengaruhi oleh penyandi (encoder)
dan penerjemah sandi
(decoder), pembawa pesan dan media pengantar pesan. Pemilihan saluran ini
tergantung dengan apa yang tersedia, berapa biaya yang tersedia dan apa pilihan
pendengar. Selain itu saluran ini juga tergantung media, yaitu yang banyak
digunakan, yang besar dampaknya paling sesuai tujuan dan sesuai isi pesan
(Yunasaf, Unang. 2013).
III
KAJIAN
UMUM
3.1 Data Monografi dan Karakteristik Penduduk Kampung Sirah Cai Desa
Raharja
Desa Raharja terdapat di Kecamatan Tanjungsari
Kabupaten Sumedang. Desa Raharja dengan luas 365.615 ha, dengan jumlah penduduk
sebesar 7124 jiwa atau kepadatan penduduk Desa Raharja adalah 19 jiwa/ha. Desa
Raharja berbatasan dengan Desa Margajaya dan Gunungmanik sebelah utara, sebelah
timur dengan Kecamatan Pamulihan, sebelah selatan dengan Kecamatan Cimanggung, sebelah barat dengan Desa Cinanjung. Secara tradisional,
terdapat beberapa wilayah kampung (community) di wilayah Desa Raharja ini, diantaranya :
- Cibenda (bagian selatan)
- Cikandang (bagian barat)
- Babakan Sirna
- Gordah (bagian utara)
- Perumahan Tanjungsari Permai
- Sirah Cai
- Cikandang Keusal
- Perum Bumi Satria Raharja
- Banyusari
- Sadang
- Cileutik
- Cibogo (bagian timur)
Dari ruas jalan utama
desa tersebut memang tidak mudah untuk ditemukan. Karena jalan menuju ke Desa Raharja bukan jalan lintas
menuju Sumedang, tetapi merupakan cabang dari jalan lintas.
Inilah sebabnya kurang perhatian dari pemerintah. Sehingga jalannya juga terjal, tidak terdapatnya panduan petunjuk
jalan. Dan karena itulah membuat
kami semakin sulit
untuk menemukan desa tersebut.
Dan setelah kami mengetahui jalan kesana juga menemui kesulitan dibidang akses
jalan. Selain jalan kesana jelek juga sempit.
3.2 Mengetahui Pembangunan,
Pengkomunikasian Pesan dan Salurannya, serta Tokoh Masyarakat yang Berperan dalam
Pembangunan Kampung Sirah Cai Desa Raharja.
Mayoritas
potensi peternakan di Desa
Raharja adalah sapi perah, yang dikelola oleh kelompok
ternak dan ada juga peternakan sapi milik warga. Ada
pula peternakan ayam untuk diambil telurnya dan dikelola oleh individu (warga). Mayoritas
dalam potensi bidang pertanian yaitu jagung dan singkong.
Desa Raharja, masyarakatnya memiliki pekerjaan yang
beragam sehingga tingkat pendapatan rata-ratanya menjadi berbeda. Sebagian
besar, masyarakat Desa
Raharja bermata pencaharian sebagai buruh
tani dan peternak sapi perah.
Penduduk desa ini rata-rata tingkat umurnya 20 tahunan
dan rata-rata jenjang pendidikan yang di tempuh hanya sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Sektor
pertanian dan peternakan
sapi perah masih berupa industri rumah tangga (tradisional) karena hasilnya masih
dimanfaatkan untuk konsumsi pribadi. Jika ada kelebihan, masyarakat baru
menjualnya kepada koperasi setempat, sehingga dapat disebut masyarakat
tradisional.
Masyarakat Desa Raharja cukup terbuka
dengan inovasi, namun penerimaan mereka terhadap inovasi tergantung pada
tingkat kebutuhan mereka terhadap inovasi yang disampaikan. Hal ini terbukti
dengan banyaknya kunjungan yang dilakukan orang luar desa untuk memeriahkan
program pembangunan di Desa Raharja.
Menurut Bapak Asep, biasanya orang
luar yang melakukan penyuluhan ke desa adalah para mahasiswa dan anggota koperasi. Dalam
kampung tersebut yang
paling banyak sebagai agen pembangunan di Desa Raharja yaitu orang luar dan kadang juga
masyarakat sendiri. Namun disayangkan sekali pengkomunikasian pesan-pesan
pembangunan sering didapat dari atas atau aparat pemerintahan desa dan dari
koperasi, sehingga
masyarakat hanya bisa menunggu perintah yang diturunkan dari aparat pemerintah
dengan kata lain masyakat desa Raharja kurang proaktif dalam membangun desa mereka sendiri.
Sesuai penuturan Bapak Asep pesan-pesan pembangunan selama ini yang
sering diberikan orang luar maupun
masyarakat sendiri sering ditanggapi secara positif oleh masyarakat. Namun
terkadang ada juga yang memberi respon negatif dan bahkan mereka tidak ikut
berpartisipasi. Saluran-saluran komunikasi penunjang keberhasilan pesan-pesan komunikasi pembangunan lebih banyak menggunakan interpersonal/antar pribadi. Maksudnya pesan yang
diterima dari atas/aparat pemerintah
yaitu oleh pihak dari KUD dan oleh masyarakat disebarluaskan dengan cara
menyampaikan pesan dari mulut ke mulut. Peran tokoh masyarakat di Desa Raharja Kecamatan Tanjungsari Kab.Sumedang adalah sangat besar.
Tokoh pembaharu didesa ini adalah pemerintah desa dan koperasi. Dimana pemerintah
desa dan koperasi banyak memberikan penyuluhan dan pelatihan. Bahkan dari pihak
koperasi memberikan program jaminan kesehatan dan simpan pinjam bagi
anggota-anggotanya. Namun kelemahan didesa ini adalah dibidang permodalan dan
pendidikan yang rendah. Dimana mayoritas pendidikan warganya adalah lulusan
SMP. Dan pernah warga desa membuat pengolahan biogas dari feses sapi perah,
tetapi hasilnya kandas ditengah jalan karana masalah permodalan.
Bagi warga yang memiliki modal bisa berhasil dalam
merintis usahanya. Sedangkan bagi warga yang kurang modal susah meningkatkan
usahanya, meskipun koperasi memberikan pinjaman. Hal ini karena koperasi
sendiri memberikan pinjaman sesuai dengan tingkat usahanya.
IV
KAJIAN
KHUSUS
4.1
Kegiatan Pembangunan di Kampung Sirah Cai Desa Raharja
Dari hasil wawancara kami dengan Bapak Kusnadi yang merupak
salah satu anggota KSU Tandangsari di kampung Sirah Cai dapat dikembangkan
untuk kajian khusus. Kejiatan pembangunan dalam suatu kota atau desa sangat
diperlukan untuk meningkatkan kualitas taraf hidup masyarakat yang ada di
dalamnya. Kegiatan pembangunan yang ada dapat mencakup kedalam segala hal,
seperti pembangunan jalan, pembangunan peternakan, pembangunan pertanian, dan
masih banyak lagi. Dalam praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan
pembangunan dalam bidang peternakan yang telah terjadi di kampung Sirah Cai,
Desa Raharja. Pembangunan yang ada di kampung tersebut antara lain terbentuknya
kelompok-kelompok peternak sapi perah, adanya koperasi KSU Tandangsari, adanya
pelatihan pembuatan yoghurt dan pembuatan biogas.
4.2
Tingkat Keberhasilan Pembangunan di Kampung Sirah Cai Desa
Raharja
Tingkat keberhasilan dari tiap-tiap pembangunan yang ada
di kampung tersebut sangat beragam, yaitu pada kelompok peternak sapi perah tingkat
keberhasilannya sangat berhasil (penerima inovasi lebih banyak dari penolak
inovasi). Dibuktikan dengan hampir semua masyarakat Kampung Sirah Cai tergabung
dalam kelompok-kelompok peternak sapi perah, karena hampir semua masyarakat
bermata pencaharian sebagai peternak sapi perah. Sehingga pembangunan ini
sangat menguntungkan bagi masyarakat kampung tersebut.
Tingkat
keberhasilan adanya koperasi KSU Tandangsari cukup berhasil (penerima inovasi
lebih banyak dari penolak inovasi), karena hampir sebagian besar peternak sapi
perah yang termasuk anggota kelompok ternak sapi perah menjadi anggota koperasi
KSU Tandangsari. Tidaak hanya peternak sapi perah saja yang menjadi anggota
koperasi tersebut, tatapi masyarakat yang mempunyai usaha lain pula ada yang
menjadi bagian dari anggota koperasi. Karena koperasi mempunyai dua kelompok,
yaitu kelompok profesi dan kelompok simpan pinjam. Kelompok profesi yaitu
kelompok yang beranggota peternak sapi perah dan anggota kelompok profesi
tersebut dapatpula menjadi anggota kelompok simpan pinjam, hal ini karena
kelompok profesi bersifat perkelompok. Sedangkan kelompok simpan pinjam
beranggotakan masyarakat yang mempunyai usaha mandiri. Kelompok ini tidak dapat
menjadi anggota kelompok profesi.
Sedangkan tingkat keberhasilan pelatihan pembuatan biogas
dan pembuatan yoghurt di Kampung Sirah Cai kurang berhasil (penerima inovasi
lebih sedikit daripada penolak inovasi), yaitu hanya beberapa masyarakat yang
masih menjalankannya. Banyaknya masyarakat yang tidak melanjutkannya
dikarenakan dalam pembuatan biogas dan pembuatan yoghurt membutuhkan biaya yang
tidak sedikit.
4.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembangunan
Terdapat banyak faktor yang mempegaruhi mempengaruhi
keberhasilan pembangunan khususnya di bidang peternakan, antara lain :
a.
Berasal
darimana pembangunan tersebut
Pembangunan
ini dimaksudkan bahwa apabila pembangunan di bidang peternakan ini berasal dari
pemerintah, maka tingkat keberhasilannya cukup tinggi karena pembangunan dari
pemerintah mersifat memaksa. Tetapi apabila pembangunan tersebut berasal dari
lemabaga lain yang mempunyai sifat tidak memaksa tingkat keberhasilannya
dipengaruhi berbagai faktor.
b.
Tingkat
kepraktisan
Tingakat
kepraktisan adalah keadaan inovasi yang mudah atau sulit diterapkan oleh
masyarakat masyarakat. Semakin praktis dan lebih menguntungkan maka tingkat
keberhasilannya semakin tinggi.
c.
Tingkat
biaya
Tingkat
biaya merupakan salah satu masalah yang perlu perhatian lebih selain tingkat
kepraktisan dalam pembangunan dibidang peternakan, karena semakin rendah biaya
yang diterima masyarakat sebagai penerima inovasi semakin tinggi tingkat
keberhasilam pembangunan dibidang peternakan tersebut apalagi dibarengi dengan
keuntungan yang didapat yang tinggi.
d.
Frekuensi
pembangunan di bidang tersebut
Frekuensi
pembangunan sedikit banyaknya berpengaruh dalam keberhasilan pembangunan,
kerena semakin sering masyarakat menerima pelatihan dari inovator dan dirasa
oleh masyarakat inovasi tersebut memberikan manfaat, maka keberhasilan
pembangunan tersebut akan tercipta.
e.
Cara
penyampaian inovasi kepada masyarakt
Cara
penyampaian inovasi dari inovator kepada masyarakat ini sangat penting, karena
dengan cara penyampaian yang sesuai dengan keadaan masyarakat yang menerima dan
ditunjang dingan tingkat kepraktisan tinggi dan tingakat biaya yang rendah
dapat memperbesar tingkat keberhasilan pembangunan dibidang peternakan.
Model yang tepat yang digunakan dalam pembangunan di
bidang peternakan adalah model berlo. Karena model berlo dalam komunikasi
mengndung 4 unsur, yaitu pengirim, pesan, saluran, dan penerima. Pengirim atau
inovator dalam pembangunan di bidang peternakan adalah kelompok atau lembaga
yang memberikan gambaran dan pelatihan kepada masyarakat. Keberhasilan inovator
dalam menyampaikan pesan berkaitan erat dengan fidelity komunikasi. Fidelity
sumber mempengaruhi kecakapan inovator dalam menyampaikan inovasi, sikap
inovator dalam menyikapi perbedaan, tingkat pengetahuan, dan budaya yang
diamali peternak.
Penerima atau masyarakat yang menerima inovasi dari
pembangunan desa tersebut disebut penerima. Keberhasilan penerima dalam
menangkap atau menerima pesan dari inovasi dipengaruhi oleh keterampilan
berbahasa, tingkat pengetahuan, dan sistem budaya.
Sedangkan pesan dan saluran adalah bagimana inovator
menyampaikan isi pesan dengan saluran yang telah dipilih. Fidelity pesan
terdiri dari kode pesan, isi pesan, perlakuan ini pesan. Dan fidelity saluran
terdiri dari penyandi, pembawa pesan, media penghantar pesan.
4.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan dalam
Pembangunan
1.
Penyampaian
inovasi yang kurang tepat
Kurangnya
inovator menguasai cara penyampaian pesan yang benar menyebabkan masyarakat
kurang menangkap isi pesan yang disampaikan inovator, sehingga hal tersebut
dapat menyebabkan ketidakberhasilan pembangunan di bidang peternakan.
2.
Tingkat
kepraktisan rendah
Tingkat
kepraktisan rendah adalah inovasi yang diberikan kepada masyarakat tidak
praktis, contohnya prosesnya yang lama, alat dan bahannya yang banyak, atau
yang lainnya. Hal ini dapat membuat masyarakat enggan untutuk melanjutkan
inovasi pembangunan yang telah diberikan inovator.
3.
Tingkat
biaya yang tinggi
Tingkat
biaya yang tinggi juga dapat mempengaruhi ketidakberhasilan pembangunan di
bidang peternakan, karena biaya yang tinggi masyarakat lebih memilih tidak
melanjutkan inovasi tersebut, atau lebih memilih uang yang seharusnya digunakan
untuk menerapkan inovasi yang diterima disimpan (ditabung). Seperti pembuatan
biogas, saat pertama kali peternak menerima inovasi tersebut peternak tetap
menjalankannya. Tetapi ketika alat digester yang diberikan rusak, maka hampir
sebagian besar peternak tidak melanjutkan lagi inovasi tersebut dikarenakan
alat digester mahal. Sehingga banyak peternak yang beranggapan bahwa uang yang
dihasilkan lebih baik disimpan untuk kebutuhan kedapan daripada dibelikan alat
digester.
4.
Kurangnya
pelatihan
Kurangnya pelatihan
juga berpengaruh terhadap ketidakberhasilan pembangunan di bidang peternakan. Pelatihan
pembuatan yoghurt walau inovasi tersebut cukup praktis, tetapi apabila
pelatihan tersebut hanya sekali dilakukan maka dapat mengurangi tingkat keberhasilan
penyuluhan.
Model yang tepat yang digunakan dalam pembangunan di bidang
peternakan adalah model lasswell. Karena model lasswell dalam komunikasi
mengndung 5 unsur, yaitu pengirim, pesan, saluran, efek, dan penerima. Pengirim
atau inovator dalam pembangunan di bidang peternakan adalah kelompok atau
lembaga yang memberikan gambaran dan pelatihan kepada masyarakat.
Ketidakberhasilan inovator dalam menyampaikan pesan berkaitan erat dengan
fidelity komunikasi. Fidelity sumber mempengaruhi kecakapan inovator dalam
menyampaikan inovasi, sikap inovator dalam menyikapi perbedaan, tingkat
pengetahuan dan budaya yang diamali peternak.
Penerima atau masyarakat yang menerima inovasi dari
pembangunan desa tersebut disebut penerima. Ketidakberhasilan penerima dalam
menangkap atau menerima pesan dari inovasi dipengaruhi oleh keterampilan
berbahasa, tingkat pengetahuan, dan sistem budaya.
Sedangkan pesan dan saluran adalah bagimana inovator
menyampaikan isi pesan dengan saluran yang telah dipilih. Efek adalah akibat dari
adanya unsur-unsur yang ditimbulkan. Fidelity pesan terdiri dari kode pesan,
isi pesan, perlakuan isi pesan. Dan fidelity saluran terdiri dari penyandi,
pembawa pesan, media penghantar pesan.
4.5 Kajian Keberhasilan dalam Pembangunan
Keberhasilan dalam pembangunan yang diberikan inovator
kepada masyarakat desa dipengaruhi oleh keputusan masyarakat untuk menerima
atau menolak inovasi tersebut. Ada beberapa tipe keputusan dalam menanggapi
inovasi yang diberikan, antara lain keputusan otoritas, keputusan individual,
keputusan kontingen. Keputusan otoritas adalah keputusan yang dipaksakan kepada
seseorang oleh individu yang berada dalam posisi atasan. Keputusan individual
dibagi lagi menjadi dua, yaitu keputusan opsional atau keputusan yang dibuat
seseorang terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat dan keputusan kolektif
atau keputusan yang dibuat oleh individu-individu yang ada dalam sistem sosial
melalui konpensus. Sedangkan keputusan kelompok adalah pemilihan untuk menerima
atau menolak inovasi setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya.
Dari uraian diatas dan hasil dari wawancara, dapat
ditentukan bahwa keberhasilan dalam pembangunan dipengaruhi oleh keputusan
individu dalam menerima atau menolak inovasi tersebut. Dari hasil wawancara
bahwa masyarakat mendapatkan kebebasan untuk memuntuskan sendiri akan menerima
atua menolak inovasi tersebut. Dalam inovasi pembentukan kelompok dan anggota
KSU Tandangsari, peternak dibebaskan menentukan ikut bergabung atau tidak.
Masyarakat Kampung Sirah Cai termasuk Bapak Kusnadi menjadi anggota kelompok
dan anggota koperasi KSU Tandangsari dari hasil keputusan individual. Bapak
Kusnadi mengetahui inovasi tersebut dari sesama teman peternak, dan mempunyai
daya ketertarikan terhadap inovasi tersebut, setelah minat Pak Kusnadi menilai
inovasi tersebut baik tidak untuk peternakannya dan mencoba-coba inovasi
tersebut. Jika dirasa inovosi itu menguntungkan dan cocok bagi Pak Kusnadi maka
pada akhirnya tahap penentuan.
4.6
Kajian Ketidakberhasilan dalam Pembangunan
Ketidakberhasilan dalam pembangunan dapat dilihat dari
paradigma variabel. Dari hasil wawancara yang telah kami lekukan dengan Pak
Kunadi, ada beberapa pembangunan yang kurang berasil, yaitu pembuatan yoghurt
dan pembuatan biogas. Dari paradigma variabel, terdapat beberapa kendala yang
dialami masyarakat dalam menjalankan inovasi tersebut yaitu dari
komplatablitas. Komplatabilitas adalah derajat yang menunjukan apakah suatu
inovasi dianggap sesuai dengan tata nilai yang berlaku atau pengalaman masa
lalu. Sebagai contoh dari hasil wawancara dengan Bapak Kusnadi saat adanya
pelatihan pembuatan biogas dan menerima inovasi tersebut, Bapak Kusnadi meu
membeli alat digester yang mahal dengan cara dicicil. Setelah lama menjalankan
inovasi tersebut, ketika alat digester rusak Bapak Kusnadi tidak lagi membeli
alat digester yang baru karena alat tersebut mahal. hal tersebut akan menjadi
acuan Pak Kusnadi untuk menerima kembali pembangunan tersebut.
Kompleksitas yaitu derajat yang menunjukan bahwa suatu
inovasi dipandang sukar dilakukan. Seperti pada pembuatan yoghurt, banyak
peternak yang tidak menerapkan pelatihan tersebut dikarenakan cara pembuatannya
yang sulit dan memerlukan modal yang cukup besar.
4.7
Mengetahui Metode Komunikasi dan Fidelity Komunikasi dari
Pembangunan di Kampung Sirah Cai Desa Raharja yang Telah Dikaji
Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan, hal yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan pembangunan dalam bidang peternakan pada
koperasi KSU Tandangsari adalah sosialisasi sanitasi perkandangan yang baik, karena
saat kami melewati kandang-kandang anggota kelompok peternak, masih banyak
kandang yang belum memenuhi persyaratan perkandangan yang baik. Memberikan
pelatihan dan membuat kelompok untuk pembuatan pupuk kompos, karena para
peternak masih kurang baik dalam mengelola limbah ternak dengan baik (contoh
peternak langsung membuang feses ladang tanaman)
Dari hasil wawancara kelompok kami dengan Bapak Kusnadi,
kami menyimpulkan bahwa metode komunikasi yang digunakan antara kelompok
peternak Kampung Sirah Cai, Desa Raharja dengan koperasi KSU Tandangsari adalah
metode lasswell. Hal ini dibuktikan dengan adanya sumber, pesan, saluran, efek, dan
penerima. Anggota koperasi KSU Tandangsari merupakan sumber sebagai inovator
yang membawa inovasi kepada kelompok peternak di desa tersebut. Pesan dalam
komunikasi antara koperasi dengan kelompok peternak adalah mengajak peternak
untuk bekerjasama dalam mengolah susu sapi. Saluran yang digunakan antara
koperasi dengan peternak seperti pengelola koperasi mendatangi peternak untuk
melakukan IB, mengambil susu, berkumpul bersama dalam tutup buku. Penerima dalam
metode lasswell adalah anggota kelompok peternak. Sedangkan efek adalah akibat
atau dampak yang ditimbulkan atau yang terjadi akibat dari komunikasi tersebut.
Sedangkan model komunikasi antara
peternak (Pak Kusnadi) dengan kelompok kami menggunakan model berlo. Hal ini
dikarenakan model tersebut terdiri dari sumber, pesan, saluran, dan penerima. Pak
Kusnadi sebagai sumber, karena beliau yang memberikan informasi yang dibutuhkan
kami. Pesan adalah informasi yang diberikan Pak Kusnadi kepada kami, dan
saluran yang digunakan adalah saluran langsung (kami bertemu langsung dengan
Pak Kusnadi). Sedangkan kami berperan sebagai penerima informasi
Fidelity pada tiap-tiap model tersebut tergantung pada
keteranpilan berkomunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, dan sistem sosial
budaya dari sumber dan penerima. Fidelity pesan memuat isi materi yang
disampaikan. Sedangkan fidelity saluran yang tepat adalah saluran yang sesuai
dengan tujuan komunikasi antar peternak dengan koperasi atau peternak dengan
kami. Fidelity pada model lasswell antara peternak dengan anggota koperasi
dapat dikatakan cukup baik, karena pesan yang diberikan anggota koperasi kepada
peternak dapat ditangkap atau diterima dengan baik oleh peternak. Dan dampak
yang ditimbulkan cukup bagus, dibuktikan dengan cukup banyaknya masyarakat yang
bergabung menjadi anggota koperasi KSU Tandangsari. Hal ini menandakan bahwa
cara penyampaian pesan kepada peternak dari anggota koperasi dengan
keterampilan dan wawasan yang baik, selain itu sosial budaya yang terjalin
diantara peternak dengan anggota koperasi sangat baik mengingat banyak anggota
koperasi yang berasl dari desa tersebut.
Sedangkan pada model berlo, fidelity komunikasi yang
tejalin antara kami dengan peternak (Pak Kusnadi) sudah cukup baik, karena
hampir setiap pertanyaan yang kami ajukan dapat dipahami dan dijawab oleh Pak
Kusnadi. Dan dengan cara berinteraksi secara langsung, kami dapat menerima
informosi yang diberikan Pak Kusnadi dengan baik.
V
KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
5.1
Kesimpulan
Desa Raharja terdapat
di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang. Desa Raharja dengan luas 365.615 ha, dengan
jumlah penduduk sebesar 7124 jiwa atau kepadatan penduduk Desa Raharja adalah
19 jiwa/ha. Mayoritas potensi peternakan di Desa Raharja adalah sapi perah, yang dikelola oleh kelompok
ternak dan ada juga peternakan sapi milik warga. Masyarakat Desa Raharja cukup terbuka dengan inovasi,
namun penerimaan mereka terhadap inovasi tergantung pada tingkat kebutuhan
mereka terhadap inovasi yang disampaikan.
Untuk meningkatkan pembangunan dalam bidang peternakan
pada koperasi KSU Tandangsari adalah sosialisasi sanitasi perkandangan yang
baik dan membuat kelompok untuk pembuatan pupuk kompos. Metode komunikasi yang digunakan antara
kelompok peternak Kampung Sirah Cai, Desa Raharja dengan koperasi KSU
Tandangsari adalah metode lasswell. Sedangkan model komunikasi antara peternak (Pak
Kusnadi) dengan kelompok kami menggunakan model berlo. Fidelity pada tiap-tiap model tersebut tergantung pada
keterampilan berkomunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, dan sistem sosial
budaya dari sumber dan penerima.
5.2
Rekomendasi
Perlunya
fidelity komunikasi pada model komunikasi dengan keterampilan komunikasi,
sikap, tingkat pengetahuan, dan sistem sosial budaya dengan baik dari sumber
dan penerima. Meningkatkan penyampaian pesan kepada anggota koperasi berupa
cara perawatan ternak yang baik, pembuatan sanitasi yang benar, dan standar
perkandangan yang baik
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar