Jumat, 13 November 2015

laporan komunikasi pembangunan ":model dan fidelity komunikasi di desa raharja"


LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

Model dan Fidelity Komunikasi di Desa Raharja

Disusun Oleh
Kelompok: 2
Kelas         : D

Ismail Suryadi Lubis   200110130016
Rastra Ramdhani        200110130017
Jaenah Widiyanti        200110130020
Siti Rohadatul ‘Aisy   200110130022
Lutfhi Ibrahim             200110130075





 







FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Kegiatan
Desa Raharja adalah salah satu desa di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang yang hampir seluruh masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Di era sekarang ini, pembangunan di segala bidang sedang giat-giatnya dilaksanakan mulai dari perkotaan hingga ketingkat pedesaan. Sudah jutaan bahkan puluhan juta dana telah diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah atau ke kelompok-kelompok masyarakat didaerah untuk menunjang keberhasilan pembangunan tersebut.
Demi keberhasilan pembangunan tersebut maka peran serta masyarakat dalam menentukan arah pemabangunan sangatlah penting agar tujuan dari pembangunan tersebut bisa mencapai sasaran, yaitu bidang-bidang pembangunan yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat setempat.
Untuk itu diperlukan suatu komunikasi antara kelompok-kelompok yang hendak membangun masyarakat sebagai sasaran dari pembangunan tersebut, sehingga pembangunan yang dijalankan bisa sesuai dengan apa yang diharapkan.
Keberhasilan pembangunan tidak lepas dari adanya komunikasi pembanguan. Dalam komunikasi yang terjalin antara kelompok pembangun dengan masyarakat menggunakan model komunikasi yang berbeda-beda. Model komunikasi tersebut dapat ditentukan dari cara penyampaian kelompok pembangun kepada masyarakat.
Model komunikasi berhubungan erat dengan fidelity komunikasi. Pengaruh fidelity komunikasi terhadap model komunikasi, yaitu menciptakan keadaan yang harmonis antara kelompok pembangun dengan masyarakat. Untuk itu kami melakukan kunjungan langsung ke desa tersebut guna mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pembangunan desa dan mengetahui model komunikasi yang digunakan dalam melakukan pembangunan desa.

1.2         Tujuan Kegiatan
1.2.1   Tujuan Umum
1.      Mengetahui data monografi dan karakteristik penduduk Kampung Sirah Cai, Desa Raharja .
2.      Menegtahui agen pembangunan, pengomunikasian pesan dan salurannya, serta tokoh masyarakat yang berperan dalam pembangunan Kampung Sirah Cai, Desa Raharja.

1.2.2   Tujuan Khusus
1.      Mengetahui kegiatan pembangunan yang telah dilakukan di Kampung Sirah Cai, Desa Raharja.
2.      Mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan di Kampung Sirah Cai, Desa Raharja.
3.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembangunan dalam bidang peternakan.
4.      Mengetahui ketidakberhasilan pembangunan dalam bidang peternakan.
5.      Menegtahui kajian keberhasilan di Kampung Sirah Cai, Desa Raharja.
6.      Mengetahui ketidakberhasilan suatu program pembangunan di Kampung Sirah Cai, Desa Raharja.
7.      Mengetahui metode komunikasi dan fidelity komunikasi dari pembangunan di Kampung Sirah Cai, Desa Raharja yang telah dikaji.



1.3         Waktu dan Tempat Kegiatan
Waktu        :   Kamis, 13 November 2014
Tempat       : Kampung Sirah Cai, Desa Raharja, Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang



















II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Model Komunikasi
Model adalah representasi suatu fenomena nyata atau abstrak dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting dari fenomena tersebut. Model dapat disebut juga sebagai gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori (teori yang lebih disederhanakan) (Yunasaf, Unang. 2013).

2.2         Fungsi Model Komunikasi
Menurut Deutsch (1996), model komunikasi memiliki fungsi, antara lain :
1.    Organizing function, mengorganisasikan (kemiripan data dan hubungan) yang tadinya tidak teramati. Suatu model memberi gambaran umum suatu keadaan tertentu yang  berbeda.
2.    Explaining, menunjukkan fakta-fakta dan metode baru yang tidak diketahui (heuristik).
3.    To predict, sebuah model memungkinkan kita untuk memprediksi outcome atau keadaan dari suatu peristiwa.
4.    Mengukur fenomena (pengukuran).
5.    Melukiskan proses komunikasi.
6.    Menunjukkan hubungan visual
7.    Memperbaiki kemacetan komunikasi.

2.3         Macam-macam Model Komunikasi
1.    Model S-R (Stimulus-Respon)
Model ini adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran bihavioristik. Komunikasi dianggap sebagai suatu proses aksi-reaksi yang sangat sederhana. Contoh model ini, misalnya ketika saya tersenyum pada Anda dan Anda membalas senyiman saya. Model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan-tulisan), isyarat-isyarat non verbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu (Yunasaf, Unang. 2013).













 


Stimulus                         Respons
Model ini mengabaikan adanya faktor manusia seperti sistem internal individu. Model ini menganggap komunikasi bersifat statis, yaitu menganggap bahwa manusia melakukan sesuatu/berperilaku karena kekuatan dari luar (stimulus). Jadi dapat dikatakan pada model ini komunikasinya bukan berdasarkan kehendak, keinginan atau kemauan bebasnya (Yunasaf, Unang. 2013).
2.    Model Aristoteles
Aristoteles adalah orang pertama yang merumuskan model komunikasi verbal pertama. Model ini merupakan basic politic. Proses komunikasi pada model ini terjadi ketika ada seorang pembicara berbicara kepada orang lain atau khalayak lain dalam rangka merubah sikap mereka. Model ini mempunyai tiga unsur dasar, yaitu pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar (Listener) (Yunasaf, Unang. 2013).
















 


Model ini memiliki ciri-ciri, yaitu :
a.    Sebagai model klasik yang merupakan penggambaran dari komunikasi retoris, komunikasi publik atau pidato.
b.    Fokus komunikasi retoris (Publik Speaking).
c.    Bersifat persuasi yang dapat dicapai oleh etos (kepercayaan anda), logos (logika dalam pendapat Anda) dan memainkan emosi khalayak (parthos khalayak) (Yunasaf, Unang. 2013).
Salah satu kelemahan model ini adalah dalam prosesnya komunikasi dipandang sebagai suatu yang statis dan tidak mempedulikan saluran, umpan balik, efek, dan kendala-kendala. Selain itu model ini hanya fokus pada komunikasi yang disengaja (komunikator mempunyai keinginan secara sadar untuk merubah sikap orang lain) (Yunasaf, Unang. 2013).
3.    Model Laswell
Model ini merupakan sebuah pandangan umum tentang komunikasi yang dikembangkan dari batasan ilmu politik.
·      Who? <Siapa yang mengatakan>
·      Says what? <Apa yang dikatakan>
·      In Which Channel? <Dengan saluran apa>
·      To Whom? <Kepada siapa>
·      With what effect? <Bagaimana pengaruhnya>
Adapun lima unsur komunikasi yaitu :
a.    Sumber (Source) disebut juga pengirim (Sender), penyandi (Encoder), komunikator (Communicator), pembicara (Speaker).
b.    Pesan (Message) atau disebut juga informasi (Information)
c.    Saluran (Channel) atau disebut media.
d.   Penerima (Receiver) atau disebut juga sasaran (Destination), komunikan (Communicate), penyandi balik (Decoder), pendengar (Listener), penafsir (Interpreter).
e.    Efek (Effect) atau disebut juga dampak (Impact), pengaruh (Influence) (Yunasaf, Unang. 2013).
Model ini mengungkapkan efek yang secara tidak langsung menunjukkan adanya perubahan yang bisa diukur dan diamati pada penerima yang disebabkan unsur-unsur yang bisa diidentifikasi dalam prosesnya. Model ini lebih sesuai diterapkan pada kajian komunikasi massa (Yunasaf, Unang. 2013).
4.    Model Shannon dan Weaver
Model Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan pesan untuk dikomunikasikan, pemancar mengubah pesan menjadi signal sesuai dengan saluran apa yang dia gunakan. Saluran adalah medium yang digunakan untuk mengirim signal dari pemancar ke penerima, adapun sasaran itu adalah orang yang dijadikan tujuan untuk menyampaikan pesan (Yunasaf, Unang. 2013).

















Text Box: Information Source


Text Box: transmitter










 


                                                 Signal       message
Text Box: Noise  SourceReceived Signal

Model ini terdiri dari lima elemen, yaitu:
1.    Information Source adalah yang memproduksi pesan.
2.    Transmitter yang menyandikan pesan dalam bentuk sinyal.
3.    Channel adalah saluran pesan.
4.    Receiver adalah pihak yang menguraikan atau mengkonstruksikan pesan dari sinyal.
5.    Destination adalah dimana pesan sampai (Yunasaf, Unang. 2013).
Model ini merupakan pola komunikasi satu arah yang berlangsung tanpa ada timbal balik secara langsung, juga bila ada hambatan (noise) dalam berkomunikasi akan mengganggu keefektifan dalam berkomunikasi. Konsep penting dalam model ini adalah gangguan (noise), yaitu setiap rangsangan ada tambahan yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan (Yunasaf, Unang. 2013).
Model ini diterapkan pada konteks-konteks komunikasi lainnya seperti komunikasi antarpribadi, komunikasi publik atau komunikasi massa. Sayangnya, model ini juga memberikan gambaran yang parsial mengenai proses komunikasi. Model ini juga menjelaskan bahwa setiap informasi yang disajikan (message) merupakan proses komunikasi. Informasi yang disampaikan memiliki tujuan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku individu serta khalayak (Yunasaf, Unang. 2013).
5. Model Schramm
Menurut Schram komunikasi membutuhkan tiga unsur, yaitu:
  1. Sumber, bisa berupa seorang individual berbicara, menulis, menggambar, bergerak dan sebuah organisasi komunikasi (koran, rumah produksi, televisi).
  2. Pesan, dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian tangan, atau sinyal-sinyal lain yang memiliki makna.
  3. Sasaran, dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat, membaca, anggota dari sebuah kelompok, mahasiswa dalam perkuliahan, khalayak massa, pembaca surat kabar, penonton televisi, dll.
Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk menciptakan commonness antara komunikator dan komunikan. Schramm mengenalkan konsep field of experience, yang menurut Schramm sangat berperan dalam menentukan apakah komunikasi diterima sebagaimana yang diinginkan oleh komunikan. Schramm mengatakan bahwa pentingnya feedback adalah suatu cara untuk mengatasi masalah noise. Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan feedback maka ia akan berada pada posisi komunikator (source) (Yunasaf, Unang. 2013).


Oval: Message
 
            Sumber                                                            Saluran





Oval: • Encoder
• Interpreter
• Encoder


Oval: • Decoder
• Interpreter
• Encoder

 


                                                Dinamis
 

    Saluran                                                        Sumber
(Yunasaf, Unang. 2013).
6.    Model Berlo
Model ini memperlihatkan komunikasi satu arah dan hanya terdiri dari komponen-komponen utama, seperti sumber, saluran dan penerima. Model komunikasi Berlo disamping menekankan ide bahwa meaning are in the people. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa interpretasi pesan terutama tergantung kepada arti dari kata atau pesan yang di tafsirkan oleh pengirim atau penerima pesan (Yunasaf, Unang. 2013).
7.    Model Interaksional
Model ini berlawanan dengan model stimulus-respons (S-R) dan beberapa model linier lainnya. Sementara model-model tersebut berasumsi bahwa manusia sebagai pasif, model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Pada model ini para peserta komunikasi adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawi melalui interaksi sosial (pengambilan peran orang lain / role taking). Diri (self) berkembang lewat interaksi dengan orang lain, dari lingkungan tedekat (significant other) ke tahap permainan (play stage) kemudian ke lingkungan luas (generalized other) melalui tahap pertandingan (game stage) (Yunasaf, Unang. 2013).

























Self / Other (Diri/yang lain
 










Other / Self (Yang lain/diri)
 


















Object
 





Konteks Komunikasi
 
 









(Yunasaf, Unang. 2013).

2.4         Fidelity Komunikasi
Fidelity adalah model implementasi berupa cara pemberian instruksi dimana ia dirancang untuk diwujudkan. Dalam komunikasi makna dari fidelity komunikasi merupakan tingkat ketepatan yang memperkenalkan keberhasilan komunikasi antara sumber dan penerima pesan. Seorang encoder yang memiliki ketepatan/fidelity yang tinggi jika memiliki pengekspresian arti/pesan/maksud/tujuan sumber dengan baik, sedangkan seorang decoder memiliki ketepatan/fidelity yang tinggi jika memiliki kemampuan menterjemahkan pesan kepada penerima dengan sempurna. Gangguan (noise) akan memperkecil efektivitas komunikasi, sehingga semakin rendah noise akan semakin tinggi fidelity. Sebaliknya apabila gangguan (noise) semakin tinggi, maka akan semakin rendah fidelitynya (Yunasaf, Unang. 2013).

2.5         Analisis Fidelity dan Unsur-Unsur Komunikasi
1.    Fidelity sumber dipengaruhi oleh:
a.    Keterampilan berkomunikasi
Menunjukkan tingkat ketepatan dengan cara mempengaruhi kemampuan menganalisis maksud/tujuan dan mempengaruhi kemampuan menyandi pesan.
b.     Sikap
Merupakan predisposisi, tendensi atau harapan terhadap sesuatu. Sikap ini dapat mencakup sikap terhadap diri sendiri, isi pesan dan penerima pesan.
c.    Tingkat pengetahuan
Terhadap materi dan keadaan penerima pesan.
d.   Sistem social budaya (dimana sumber dan pendengar berada)
2.    Fidelity penerima pesan dipengaruhi oleh:
a.    Keterampilan berkomunikasi
b.    Sikap (terhadap diri sendiri, materi pesan, dan kepada sumber pesan)
c.    Tingkap pengetahuan (terhadap materi pesan dan keadaan sumber pesan)
d.   Sistem social budaya (dimana penerima berada dan sumber pesan)
3.    Fidelity pesan dipengaruhi oleh:
a.    Kode pesan-pesan (sekumpulan simbol-simbol yang bisa diterapkan/dimengerti orang lain)
b.    Isi pesan (muatan materi pada pesan). Dalam hal harus memilih cara yang tepat dalam menentukan struktur dan isi pesan.
c.    Perlakuan isi pesan (keputusan yang dimbil untuk menyatakan isi dan kode pesan)
4.    Fidelity saluran dipengaruhi oleh penyandi (encoder) dan penerjemah sandi (decoder), pembawa pesan dan media pengantar pesan. Pemilihan saluran ini tergantung dengan apa yang tersedia, berapa biaya yang tersedia dan apa pilihan pendengar. Selain itu saluran ini juga tergantung media, yaitu yang banyak digunakan, yang besar dampaknya paling sesuai tujuan dan sesuai isi pesan (Yunasaf, Unang. 2013).























III
KAJIAN UMUM

3.1     Data Monografi dan Karakteristik Penduduk Kampung Sirah Cai Desa Raharja
Desa Raharja terdapat di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang. Desa Raharja dengan luas 365.615 ha, dengan jumlah penduduk sebesar 7124 jiwa atau kepadatan penduduk Desa Raharja adalah 19 jiwa/ha. Desa Raharja berbatasan dengan Desa Margajaya dan Gunungmanik sebelah utara, sebelah timur dengan Kecamatan Pamulihan, sebelah selatan dengan Kecamatan Cimanggung, sebelah barat dengan Desa Cinanjung. Secara tradisional, terdapat beberapa wilayah kampung (community) di wilayah Desa Raharja ini, diantaranya :
  1. Cibenda (bagian selatan)
  2. Cikandang (bagian barat)
  3. Babakan Sirna
  4. Gordah (bagian utara)
  5. Perumahan Tanjungsari Permai
  6. Sirah Cai
  7. Cikandang Keusal
  8. Perum Bumi Satria Raharja
  9. Banyusari
  10. Sadang
  11. Cileutik
  12. Cibogo (bagian timur)
Dari ruas jalan utama desa tersebut memang tidak mudah untuk ditemukan. Karena jalan menuju ke Desa Raharja bukan jalan lintas menuju Sumedang, tetapi merupakan cabang dari jalan lintas. Inilah sebabnya kurang perhatian dari pemerintah. Sehingga jalannya juga terjal, tidak terdapatnya panduan petunjuk jalan. Dan karena itulah membuat kami  semakin sulit untuk menemukan desa tersebut. Dan setelah kami mengetahui jalan kesana juga menemui kesulitan dibidang akses jalan. Selain jalan  kesana jelek  juga sempit.

3.2     Mengetahui Pembangunan, Pengkomunikasian Pesan dan Salurannya, serta Tokoh Masyarakat yang Berperan dalam Pembangunan Kampung Sirah Cai Desa Raharja.
Mayoritas potensi peternakan di Desa Raharja adalah sapi perah, yang dikelola oleh kelompok ternak dan ada juga peternakan sapi milik warga. Ada pula peternakan ayam untuk diambil telurnya dan dikelola oleh individu (warga). Mayoritas dalam potensi bidang pertanian yaitu jagung dan singkong.
Desa Raharja, masyarakatnya memiliki pekerjaan yang beragam sehingga tingkat pendapatan rata-ratanya menjadi berbeda. Sebagian besar, masyarakat Desa Raharja bermata pencaharian sebagai buruh tani dan peternak sapi perah. Penduduk desa ini rata-rata tingkat umurnya 20  tahunan dan rata-rata jenjang pendidikan yang di tempuh hanya sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Sektor pertanian dan peternakan sapi perah masih berupa industri rumah tangga (tradisional) karena hasilnya masih dimanfaatkan untuk konsumsi pribadi. Jika ada kelebihan, masyarakat baru menjualnya kepada koperasi setempat, sehingga dapat disebut masyarakat tradisional.
Masyarakat Desa Raharja cukup terbuka dengan inovasi, namun penerimaan mereka terhadap inovasi tergantung pada tingkat kebutuhan mereka terhadap inovasi yang disampaikan. Hal ini terbukti dengan banyaknya kunjungan yang dilakukan orang luar desa untuk memeriahkan program pembangunan di Desa Raharja.
Menurut Bapak Asep, biasanya orang luar yang melakukan penyuluhan ke desa adalah para mahasiswa dan anggota koperasi. Dalam kampung tersebut yang paling banyak sebagai agen pembangunan di Desa Raharja yaitu orang luar dan kadang juga masyarakat sendiri. Namun disayangkan sekali pengkomunikasian pesan-pesan pembangunan sering didapat dari atas atau aparat pemerintahan desa dan dari koperasi, sehingga masyarakat hanya bisa menunggu perintah yang diturunkan dari aparat pemerintah dengan kata lain masyakat desa Raharja kurang proaktif dalam membangun desa mereka sendiri.
Sesuai penuturan Bapak Asep pesan-pesan pembangunan selama ini yang sering  diberikan orang luar maupun masyarakat sendiri sering ditanggapi secara positif oleh masyarakat. Namun terkadang ada juga yang memberi respon negatif dan bahkan mereka tidak ikut berpartisipasi. Saluran-saluran komunikasi penunjang keberhasilan pesan-pesan komunikasi pembangunan lebih banyak menggunakan interpersonal/antar pribadi. Maksudnya pesan yang diterima dari atas/aparat pemerintah  yaitu oleh pihak dari KUD dan oleh masyarakat disebarluaskan dengan cara menyampaikan pesan dari mulut ke mulut. Peran tokoh masyarakat di Desa Raharja Kecamatan Tanjungsari Kab.Sumedang adalah sangat besar.
 Tokoh pembaharu didesa ini adalah pemerintah desa dan koperasi. Dimana pemerintah desa dan koperasi banyak memberikan penyuluhan dan pelatihan. Bahkan dari pihak koperasi memberikan program jaminan kesehatan dan simpan pinjam bagi anggota-anggotanya. Namun kelemahan didesa ini adalah dibidang permodalan dan pendidikan yang rendah. Dimana mayoritas pendidikan warganya adalah lulusan SMP. Dan pernah warga desa membuat pengolahan biogas dari feses sapi perah, tetapi hasilnya kandas ditengah jalan karana masalah permodalan. Bagi warga yang memiliki modal bisa berhasil dalam merintis usahanya. Sedangkan bagi warga yang kurang modal susah meningkatkan usahanya, meskipun koperasi memberikan pinjaman. Hal ini karena koperasi sendiri memberikan pinjaman sesuai dengan tingkat usahanya.

IV
KAJIAN KHUSUS

4.1           Kegiatan Pembangunan di Kampung Sirah Cai Desa Raharja
Dari hasil wawancara kami dengan Bapak Kusnadi yang merupak salah satu anggota KSU Tandangsari di kampung Sirah Cai dapat dikembangkan untuk kajian khusus. Kejiatan pembangunan dalam suatu kota atau desa sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas taraf hidup masyarakat yang ada di dalamnya. Kegiatan pembangunan yang ada dapat mencakup kedalam segala hal, seperti pembangunan jalan, pembangunan peternakan, pembangunan pertanian, dan masih banyak lagi. Dalam praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan pembangunan dalam bidang peternakan yang telah terjadi di kampung Sirah Cai, Desa Raharja. Pembangunan yang ada di kampung tersebut antara lain terbentuknya kelompok-kelompok peternak sapi perah, adanya koperasi KSU Tandangsari, adanya pelatihan pembuatan yoghurt dan pembuatan biogas.

4.2           Tingkat Keberhasilan Pembangunan di Kampung Sirah Cai Desa Raharja
Tingkat keberhasilan dari tiap-tiap pembangunan yang ada di kampung tersebut sangat beragam, yaitu pada kelompok peternak sapi perah tingkat keberhasilannya sangat berhasil (penerima inovasi lebih banyak dari penolak inovasi). Dibuktikan dengan hampir semua masyarakat Kampung Sirah Cai tergabung dalam kelompok-kelompok peternak sapi perah, karena hampir semua masyarakat bermata pencaharian sebagai peternak sapi perah. Sehingga pembangunan ini sangat menguntungkan bagi masyarakat kampung tersebut.
Tingkat keberhasilan adanya koperasi KSU Tandangsari cukup berhasil (penerima inovasi lebih banyak dari penolak inovasi), karena hampir sebagian besar peternak sapi perah yang termasuk anggota kelompok ternak sapi perah menjadi anggota koperasi KSU Tandangsari. Tidaak hanya peternak sapi perah saja yang menjadi anggota koperasi tersebut, tatapi masyarakat yang mempunyai usaha lain pula ada yang menjadi bagian dari anggota koperasi. Karena koperasi mempunyai dua kelompok, yaitu kelompok profesi dan kelompok simpan pinjam. Kelompok profesi yaitu kelompok yang beranggota peternak sapi perah dan anggota kelompok profesi tersebut dapatpula menjadi anggota kelompok simpan pinjam, hal ini karena kelompok profesi bersifat perkelompok. Sedangkan kelompok simpan pinjam beranggotakan masyarakat yang mempunyai usaha mandiri. Kelompok ini tidak dapat menjadi anggota kelompok profesi.
Sedangkan tingkat keberhasilan pelatihan pembuatan biogas dan pembuatan yoghurt di Kampung Sirah Cai kurang berhasil (penerima inovasi lebih sedikit daripada penolak inovasi), yaitu hanya beberapa masyarakat yang masih menjalankannya. Banyaknya masyarakat yang tidak melanjutkannya dikarenakan dalam pembuatan biogas dan pembuatan yoghurt membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

4.3         Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembangunan
Terdapat banyak faktor yang mempegaruhi mempengaruhi keberhasilan pembangunan khususnya di bidang peternakan, antara lain :
a.    Berasal darimana pembangunan tersebut
Pembangunan ini dimaksudkan bahwa apabila pembangunan di bidang peternakan ini berasal dari pemerintah, maka tingkat keberhasilannya cukup tinggi karena pembangunan dari pemerintah mersifat memaksa. Tetapi apabila pembangunan tersebut berasal dari lemabaga lain yang mempunyai sifat tidak memaksa tingkat keberhasilannya dipengaruhi berbagai faktor.


b.    Tingkat kepraktisan
Tingakat kepraktisan adalah keadaan inovasi yang mudah atau sulit diterapkan oleh masyarakat masyarakat. Semakin praktis dan lebih menguntungkan maka tingkat keberhasilannya semakin tinggi.
c.    Tingkat biaya
Tingkat biaya merupakan salah satu masalah yang perlu perhatian lebih selain tingkat kepraktisan dalam pembangunan dibidang peternakan, karena semakin rendah biaya yang diterima masyarakat sebagai penerima inovasi semakin tinggi tingkat keberhasilam pembangunan dibidang peternakan tersebut apalagi dibarengi dengan keuntungan yang didapat yang tinggi.
d.   Frekuensi pembangunan di bidang tersebut
Frekuensi pembangunan sedikit banyaknya berpengaruh dalam keberhasilan pembangunan, kerena semakin sering masyarakat menerima pelatihan dari inovator dan dirasa oleh masyarakat inovasi tersebut memberikan manfaat, maka keberhasilan pembangunan tersebut akan tercipta.
e.    Cara penyampaian inovasi kepada masyarakt
Cara penyampaian inovasi dari inovator kepada masyarakat ini sangat penting, karena dengan cara penyampaian yang sesuai dengan keadaan masyarakat yang menerima dan ditunjang dingan tingkat kepraktisan tinggi dan tingakat biaya yang rendah dapat memperbesar tingkat keberhasilan pembangunan dibidang peternakan.
Model yang tepat yang digunakan dalam pembangunan di bidang peternakan adalah model berlo. Karena model berlo dalam komunikasi mengndung 4 unsur, yaitu pengirim, pesan, saluran, dan penerima. Pengirim atau inovator dalam pembangunan di bidang peternakan adalah kelompok atau lembaga yang memberikan gambaran dan pelatihan kepada masyarakat. Keberhasilan inovator dalam menyampaikan pesan berkaitan erat dengan fidelity komunikasi. Fidelity sumber mempengaruhi kecakapan inovator dalam menyampaikan inovasi, sikap inovator dalam menyikapi perbedaan, tingkat pengetahuan, dan budaya yang diamali peternak.
Penerima atau masyarakat yang menerima inovasi dari pembangunan desa tersebut disebut penerima. Keberhasilan penerima dalam menangkap atau menerima pesan dari inovasi dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa, tingkat pengetahuan, dan sistem budaya.
Sedangkan pesan dan saluran adalah bagimana inovator menyampaikan isi pesan dengan saluran yang telah dipilih. Fidelity pesan terdiri dari kode pesan, isi pesan, perlakuan ini pesan. Dan fidelity saluran terdiri dari penyandi, pembawa pesan, media penghantar pesan.

4.             Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan dalam Pembangunan
1.      Penyampaian inovasi yang kurang tepat
Kurangnya inovator menguasai cara penyampaian pesan yang benar menyebabkan masyarakat kurang menangkap isi pesan yang disampaikan inovator, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan ketidakberhasilan pembangunan di bidang peternakan.
2.      Tingkat kepraktisan rendah
Tingkat kepraktisan rendah adalah inovasi yang diberikan kepada masyarakat tidak praktis, contohnya prosesnya yang lama, alat dan bahannya yang banyak, atau yang lainnya. Hal ini dapat membuat masyarakat enggan untutuk melanjutkan inovasi pembangunan yang telah diberikan inovator.

3.      Tingkat biaya yang tinggi
Tingkat biaya yang tinggi juga dapat mempengaruhi ketidakberhasilan pembangunan di bidang peternakan, karena biaya yang tinggi masyarakat lebih memilih tidak melanjutkan inovasi tersebut, atau lebih memilih uang yang seharusnya digunakan untuk menerapkan inovasi yang diterima disimpan (ditabung). Seperti pembuatan biogas, saat pertama kali peternak menerima inovasi tersebut peternak tetap menjalankannya. Tetapi ketika alat digester yang diberikan rusak, maka hampir sebagian besar peternak tidak melanjutkan lagi inovasi tersebut dikarenakan alat digester mahal. Sehingga banyak peternak yang beranggapan bahwa uang yang dihasilkan lebih baik disimpan untuk kebutuhan kedapan daripada dibelikan alat digester.
4.      Kurangnya pelatihan
Kurangnya pelatihan juga berpengaruh terhadap ketidakberhasilan pembangunan di bidang peternakan. Pelatihan pembuatan yoghurt walau inovasi tersebut cukup praktis, tetapi apabila pelatihan tersebut hanya sekali dilakukan maka dapat mengurangi tingkat keberhasilan penyuluhan.
Model yang tepat yang digunakan dalam pembangunan di bidang peternakan adalah model lasswell. Karena model lasswell dalam komunikasi mengndung 5 unsur, yaitu pengirim, pesan, saluran, efek, dan penerima. Pengirim atau inovator dalam pembangunan di bidang peternakan adalah kelompok atau lembaga yang memberikan gambaran dan pelatihan kepada masyarakat. Ketidakberhasilan inovator dalam menyampaikan pesan berkaitan erat dengan fidelity komunikasi. Fidelity sumber mempengaruhi kecakapan inovator dalam menyampaikan inovasi, sikap inovator dalam menyikapi perbedaan, tingkat pengetahuan dan budaya yang diamali peternak.
Penerima atau masyarakat yang menerima inovasi dari pembangunan desa tersebut disebut penerima. Ketidakberhasilan penerima dalam menangkap atau menerima pesan dari inovasi dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa, tingkat pengetahuan, dan sistem budaya.
Sedangkan pesan dan saluran adalah bagimana inovator menyampaikan isi pesan dengan saluran yang telah dipilih. Efek adalah akibat dari adanya unsur-unsur yang ditimbulkan. Fidelity pesan terdiri dari kode pesan, isi pesan, perlakuan isi pesan. Dan fidelity saluran terdiri dari penyandi, pembawa pesan, media penghantar pesan.

4.5     Kajian Keberhasilan dalam Pembangunan
Keberhasilan dalam pembangunan yang diberikan inovator kepada masyarakat desa dipengaruhi oleh keputusan masyarakat untuk menerima atau menolak inovasi tersebut. Ada beberapa tipe keputusan dalam menanggapi inovasi yang diberikan, antara lain keputusan otoritas, keputusan individual, keputusan kontingen. Keputusan otoritas adalah keputusan yang dipaksakan kepada seseorang oleh individu yang berada dalam posisi atasan. Keputusan individual dibagi lagi menjadi dua, yaitu keputusan opsional atau keputusan yang dibuat seseorang terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat dan keputusan kolektif atau keputusan yang dibuat oleh individu-individu yang ada dalam sistem sosial melalui konpensus. Sedangkan keputusan kelompok adalah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya.
Dari uraian diatas dan hasil dari wawancara, dapat ditentukan bahwa keberhasilan dalam pembangunan dipengaruhi oleh keputusan individu dalam menerima atau menolak inovasi tersebut. Dari hasil wawancara bahwa masyarakat mendapatkan kebebasan untuk memuntuskan sendiri akan menerima atua menolak inovasi tersebut. Dalam inovasi pembentukan kelompok dan anggota KSU Tandangsari, peternak dibebaskan menentukan ikut bergabung atau tidak. Masyarakat Kampung Sirah Cai termasuk Bapak Kusnadi menjadi anggota kelompok dan anggota koperasi KSU Tandangsari dari hasil keputusan individual. Bapak Kusnadi mengetahui inovasi tersebut dari sesama teman peternak, dan mempunyai daya ketertarikan terhadap inovasi tersebut, setelah minat Pak Kusnadi menilai inovasi tersebut baik tidak untuk peternakannya dan mencoba-coba inovasi tersebut. Jika dirasa inovosi itu menguntungkan dan cocok bagi Pak Kusnadi maka pada akhirnya tahap penentuan.

4.6         Kajian Ketidakberhasilan dalam Pembangunan
Ketidakberhasilan dalam pembangunan dapat dilihat dari paradigma variabel. Dari hasil wawancara yang telah kami lekukan dengan Pak Kunadi, ada beberapa pembangunan yang kurang berasil, yaitu pembuatan yoghurt dan pembuatan biogas. Dari paradigma variabel, terdapat beberapa kendala yang dialami masyarakat dalam menjalankan inovasi tersebut yaitu dari komplatablitas. Komplatabilitas adalah derajat yang menunjukan apakah suatu inovasi dianggap sesuai dengan tata nilai yang berlaku atau pengalaman masa lalu. Sebagai contoh dari hasil wawancara dengan Bapak Kusnadi saat adanya pelatihan pembuatan biogas dan menerima inovasi tersebut, Bapak Kusnadi meu membeli alat digester yang mahal dengan cara dicicil. Setelah lama menjalankan inovasi tersebut, ketika alat digester rusak Bapak Kusnadi tidak lagi membeli alat digester yang baru karena alat tersebut mahal. hal tersebut akan menjadi acuan Pak Kusnadi untuk menerima kembali pembangunan tersebut.
Kompleksitas yaitu derajat yang menunjukan bahwa suatu inovasi dipandang sukar dilakukan. Seperti pada pembuatan yoghurt, banyak peternak yang tidak menerapkan pelatihan tersebut dikarenakan cara pembuatannya yang sulit dan memerlukan modal yang cukup besar.

4.7         Mengetahui Metode Komunikasi dan Fidelity Komunikasi dari Pembangunan di Kampung Sirah Cai Desa Raharja yang Telah Dikaji
Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan, hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pembangunan dalam bidang peternakan pada koperasi KSU Tandangsari adalah sosialisasi sanitasi perkandangan yang baik, karena saat kami melewati kandang-kandang anggota kelompok peternak, masih banyak kandang yang belum memenuhi persyaratan perkandangan yang baik. Memberikan pelatihan dan membuat kelompok untuk pembuatan pupuk kompos, karena para peternak masih kurang baik dalam mengelola limbah ternak dengan baik (contoh peternak langsung membuang feses ladang tanaman)
Dari hasil wawancara kelompok kami dengan Bapak Kusnadi, kami menyimpulkan bahwa metode komunikasi yang digunakan antara kelompok peternak Kampung Sirah Cai, Desa Raharja dengan koperasi KSU Tandangsari adalah metode lasswell. Hal ini dibuktikan dengan adanya sumber, pesan, saluran, efek, dan penerima. Anggota koperasi KSU Tandangsari merupakan sumber sebagai inovator yang membawa inovasi kepada kelompok peternak di desa tersebut. Pesan dalam komunikasi antara koperasi dengan kelompok peternak adalah mengajak peternak untuk bekerjasama dalam mengolah susu sapi. Saluran yang digunakan antara koperasi dengan peternak seperti pengelola koperasi mendatangi peternak untuk melakukan IB, mengambil susu, berkumpul bersama dalam tutup buku. Penerima dalam metode lasswell adalah anggota kelompok peternak. Sedangkan efek adalah akibat atau dampak yang ditimbulkan atau yang terjadi akibat dari komunikasi tersebut.
Sedangkan model komunikasi antara peternak (Pak Kusnadi) dengan kelompok kami menggunakan model berlo. Hal ini dikarenakan model tersebut terdiri dari sumber, pesan, saluran, dan penerima. Pak Kusnadi sebagai sumber, karena beliau yang memberikan informasi yang dibutuhkan kami. Pesan adalah informasi yang diberikan Pak Kusnadi kepada kami, dan saluran yang digunakan adalah saluran langsung (kami bertemu langsung dengan Pak Kusnadi). Sedangkan kami berperan sebagai penerima informasi
Fidelity pada tiap-tiap model tersebut tergantung pada keteranpilan berkomunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, dan sistem sosial budaya dari sumber dan penerima. Fidelity pesan memuat isi materi yang disampaikan. Sedangkan fidelity saluran yang tepat adalah saluran yang sesuai dengan tujuan komunikasi antar peternak dengan koperasi atau peternak dengan kami. Fidelity pada model lasswell antara peternak dengan anggota koperasi dapat dikatakan cukup baik, karena pesan yang diberikan anggota koperasi kepada peternak dapat ditangkap atau diterima dengan baik oleh peternak. Dan dampak yang ditimbulkan cukup bagus, dibuktikan dengan cukup banyaknya masyarakat yang bergabung menjadi anggota koperasi KSU Tandangsari. Hal ini menandakan bahwa cara penyampaian pesan kepada peternak dari anggota koperasi dengan keterampilan dan wawasan yang baik, selain itu sosial budaya yang terjalin diantara peternak dengan anggota koperasi sangat baik mengingat banyak anggota koperasi yang berasl dari desa tersebut.
Sedangkan pada model berlo, fidelity komunikasi yang tejalin antara kami dengan peternak (Pak Kusnadi) sudah cukup baik, karena hampir setiap pertanyaan yang kami ajukan dapat dipahami dan dijawab oleh Pak Kusnadi. Dan dengan cara berinteraksi secara langsung, kami dapat menerima informosi yang diberikan Pak Kusnadi dengan baik.





V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1         Kesimpulan
Desa Raharja terdapat di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang. Desa Raharja dengan luas 365.615 ha, dengan jumlah penduduk sebesar 7124 jiwa atau kepadatan penduduk Desa Raharja adalah 19 jiwa/ha. Mayoritas potensi peternakan di Desa Raharja adalah sapi perah, yang dikelola oleh kelompok ternak dan ada juga peternakan sapi milik warga. Masyarakat Desa Raharja cukup terbuka dengan inovasi, namun penerimaan mereka terhadap inovasi tergantung pada tingkat kebutuhan mereka terhadap inovasi yang disampaikan.
Untuk meningkatkan pembangunan dalam bidang peternakan pada koperasi KSU Tandangsari adalah sosialisasi sanitasi perkandangan yang baik dan membuat kelompok untuk pembuatan pupuk kompos.  Metode komunikasi yang digunakan antara kelompok peternak Kampung Sirah Cai, Desa Raharja dengan koperasi KSU Tandangsari adalah metode lasswell. Sedangkan model komunikasi antara peternak (Pak Kusnadi) dengan kelompok kami menggunakan model berlo. Fidelity pada tiap-tiap model tersebut tergantung pada keterampilan berkomunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, dan sistem sosial budaya dari sumber dan penerima.
5.2         Rekomendasi
            Perlunya fidelity komunikasi pada model komunikasi dengan keterampilan komunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, dan sistem sosial budaya dengan baik dari sumber dan penerima. Meningkatkan penyampaian pesan kepada anggota koperasi berupa cara perawatan ternak yang baik, pembuatan sanitasi yang benar, dan standar perkandangan yang baik


DAFTAR PUSTAKA

















Tidak ada komentar: