Minggu, 17 Juli 2016

Laporan PKL di BBPTU-HPT Baturraden



IV
PENANGANAN PENYAKIT PADA PEDET DI BBPTUHPT BATURRADEN
Oleh :
                                                     Jaenah Widiyanti – 200110130020


Abstak
Praktik Kerja Lapangan dilakukan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTUHPT) Baturraden, Purwokerto dimulai dari tanggal 5 Januari sampai dengan 30 Januari 2016. Praktik kerja lapangan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan serta menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan ilmu yang diperoleh selama kuliah dengan keadaan di lapangan. Manajemen kesehatan pedet antara lain memeriksa kesehatan pedet dan mengobati pedet. Penyakit yang sering diderita oleh pedet adalah penyakit diare, pneumonia, enteritis, abses, dan dehidrasi. Penyakit-penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri, virus, dan cacing, seperti Escherichia coli, Salmonella spp, Coccidia, Bovine virus diarrhea, Corona virus, dan Bunostomum. Pengobatan penyakit-penyakit ini menggunakan antibiotik, antihistamin, analgesik, vitamin, dan obat yang mengandung ATP.
Kata Kunci : Penanganan, diare, pneumonia, enteritis, pengobatan.
4. 1 Latar Belakang
Salah satu usaha budidaya peternakan yang sekarang ini banyak dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi adalah sapi perah. Kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan di beberapa wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang cocok untuk pengembangan agribisnis peternakan sapi perah. Selain itu, dari sisi permintaan produksi susu dalam negeri masih belum mencukupi untuk menutupi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Saat ini produksi dalam negeri baru bisa memasok tidak lebih dari 30% dari permintaan nasional, sisanya 70% berasal dari impor (FAO, 2011). Dalam rangka memenuhi kebutuhan susu dalam negeri, pemerintah mendirikan suatu balai yang dapat menghasilkan sapi perah yang mempunyai produksi yang optimal, seperti Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTUHPT) Baturraden.
BBPTUHPT Baturraden merupakan salah satu balai yang fokus pada pemeliharaan ternak sehingga dapat menghasilkan bibit ternak yang unggul. Salah
52
satu faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan balai dalam menghasilkan bibit ternak unggul selain dari faktor genetik dan manajemen pemeliharaan, yaitu dari faktor manajemen kesehatan ternak dan kesmavet.
Manajemen kesehatan ternak merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pembibitan ternak sapi perah. Karena sapi perah salah satu ternak yang rentan terhadap penyakit mastitis. Penyakit ini hanya dapat menyerang pada sapi betina dalam masa laktasi. Selain sapi betina dalam masa laktasi, pedet juga rentan terhadap penyakit, salah satu penyakit yang sering diderita oleh pedet seperti dehidrasi dan diare.
4. 2 Tujuan
Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah:
(1) Mengetahui jenis-jenis penyakit pada pedet yang ada di BBPTUHPT Baturraden.
(2) Mengetahui pengobatan penyakit pada pedet yang ada dilakukan.
4. 3 Metode Pengamatan
Metode pengamatan dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah:
(1) Pengamatan Langsung, yaitu mengamati kegiatan pengobatan pada pedet yang dilakukan oleh dokter hewan dan para medik, serta mencoba mengobati pedet secara langsung atas ijin dari dokter dan para medik.
(2) Wawancara (interview) dengan Dokter dan Para Medik, yaitu melakukan diskusi dengan dokter dan para medik terkait dengan penyakit dan pengobatan pada pedet yang dilakukan di BBPTUHPT Baturraden.
(3) Pengumpulan Data, yaitu mencatat data kesehatan pedet pada tanggal 1 Januari sampai 24 Januari 2016 atas ijin dari dokter hewan.



53
4. 4 Hasil dan Diskusi
4.4.1 Hasil
Tabel 14. Pengobatan Pedet Tanggal 1 Januari sampai 24 Januari 2016
No
Diagnose
Eartag
Kandang
Tanggal Pemeriksaan
Pengobatan
1
Dehidrasi
2384
E
04 Januari 2016
 Diphenhydramine (Vetadryl 10ml),
 Metampiron (Novaldon 10ml)
5585
E1
17 Januari 2016
 Diphenhydramine (Vetadryl 2ml)
 Metampiron (Novaldon 2ml)
 Marbofloxacina (Marbocyl 3ml)
 Calcium Gluconate (Calcidex 60 ml),
 Vitamin, electrolyte (Duphalite 60 ml)
 Mg Aspartate (Biodin 5 ml)
 Perubalsem
18 Januari 2016
 Tolfenamik asit (Tolvedine 3 ml)
 Mg Aspartate (Biodin 5 ml)
 Marbofloxacina (Marbocyl 3ml)
 Perubalsem
 Natrium, kalium, glukosa, klorida (Renalyte 200 ml)
19 Januari 2016
 Mg Aspartate (Biodin 5 ml)
 Natrium, kalium, glukosa, klorida (Renalyte 200 ml)
 Marbofloxacina (Marbocyl 3ml)
 Tolfenamik asit (Tolvedine 3 ml)
 Perubalsem
24 Janusia 2016
 Natrium, kalium, glukosa, klorida (Electrolite 200 ml)












58
4.4.2 Diskusi
4.4.2.1 Jenis-Jenis Penyakit pada Pedet
Kriteria bibit sapi perah unggul salah satunya adalah pedet yang sehat. Kesehatan pedet didukung oleh menejemen pemeliharaan serta faktor lingkungan yang baik. Faktor lingkungan yang kurang baik dapat menyebabkan kesehatan pedet terganggu, sehingga pedet mudah terserang penyakit. Penyakit yang sering diderita oleh pedet di BBPTUHPT Baturraden ini antara lain:
(a) Dehidrasi
Dehidrasi merupakan penyakit yang sering diderita oleh pedet. Dehidrasi dapat sebabkan karena pedet kekurangan air. Pada BBPTUHPT ini, pemberian air pada pedet diberikan secara adlibitum, tetapi pemberian air pada pedet berumur 0-1 bulan hanya melalui pemberian kolostrum dan susu. Pada kandang pedet umur 0-1 bulan (E2) tidak disediakan tempat minum, hal ini untuk mencegah kandang menjadi lembab yang menyebabkan mikroorganisme mudah berkembang.
Dehidrasi pada pedet di BBPTUHPT ini banyak diderita pada pedet umur 3 – 3 bulan atau pedet yang ada di kandang E1. Pedet yang berumur 3 – 4 bulan sudah tidak diberikan susu lagi. Untuk mengganti susu, pedet dikandang ini diberikan air secara adlibitum yaitu air tersedia setiap hari. Banyaknya pedet yang dehidrasi disebabkan pedet terlalu aktif bergerak sehingga mengeluarkan energi yang cukup tinggi. Pengeluaran energi yang tinggi tanpa diimbangi dengan asupan nutrisi dan air yang cukup dapat menyebabkan pedet mudah dehidrasi.
Terjadinya dehidrasi pada pedet selain kekurangan air, dapat pula menjadi salah satu indikator dari penyakit-penyakit mikrobial yang diderita pedet. Untuk mengetahui penyakit tersebut harus ada pengobatan lanjutan.
(b) Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit radang paru-paru yang disebabkan oleh kondisi kandang yang lembab, ventilasi yang jelek, dan pedet kurang
59
digembalakan. Pada BBPTU ini, bentuk ventilasi pada kandang pedet cukup lebar sehingga pertukaran oksigen dapat berlangsung dengan baik. Tetapi tata letak kandang pedet yang kurang baik menyebabkan sinar matahari tidak dapat masuk ke dalam kandang secara sempurna, sehingga kandang mudah sekali lembab. Kandang yang lembab merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme dan jamur yang merugikan.
(c) Enteritis
Enteritis adalah penyakit radang usus yang dapat menyerang pedet, yang disebabkan oleh kuman, virus, atau cacing. Pedet yang banyak menderita penyakit enteritis ini adalah pedet yang ada di kandang E (umur 2 – 3 bulan).
(d) Diare
Diare merupakan penyakit yang paling sering diderita oleh pedet. Diare disebabkan oleh beberapa faktor, seperti sanitasi kandang yang kurang baik, pakan yang diberikan, atau bakteri dalam susu sudah tercemar.
Sanitasi kandang pedet di BBPTUHPT ini cukup baik. Disetiap kandang pedet disediakan tempat dipping. Petugas yang memasuki kandang harus memakai pakaian khusus dan boot yang bersih. Saat masuk ke kandang, petugas harus melewati kolam dipping. Kolam dipping ini berfungsi untuk memutus mata rantai penyebaran mikroorganisme dari luar kandang, karena pedet masih rentan terhadap penyakit. Untuk menjaga kandang tetap bersih dari kotoran pedet kandang dibersihkan sebanyak 2 – 3 kali sehari. Tetapi khusus untuk pedet umur 0 – 1 bulan, pembersihan kandang dilakukan 1 kali sehari untuk menjaga agar kandang tetap dalam kondisi kering. Pada kandang pedet juga dilakukan pengapuran untuk mencegah dan membunuh mikroogranisme dan jamur yang merugikan.
Masih banyaknya pedet yang menderita penyakit diare ini disebabkan oleh pemberian susu yang kurang baik. Pemberian susu diberikan pada pedet menggunakan ember, tetapi apabila pedet tidak mau minum susu dan pada pedet
60
yang baru lahir, petugas membantu pedet untuk minum dengan cara memasukan tangan petugas kedalam ember berisi susu tersebut dan diarahkan kepada pedet. Saat pedet menghisap jari-jari tangan petugas, secara perlahan petugas mengarahkan mulut pedet kedalam ember. Setelah dirasa pedet sudah bisa untuk minum susu sendiri, tangan petugas secara pelahan dilepaskan dari mulut pedet tersebut. Pemberian seperti itu kurang baik, karena susu dapat tercemar oleh tangan petugas yang dimasukan ke dalam ember berisi susu tersebut.
(e) Abses
Abses terjadi karena pedet terjatuh atau terpleset. Abses ini sering terjadi pada pedet umur 2 – 4 bulan. Hal ini dikarenakan pada kandang pedet E (2 – 3 bulan) dan E1 (3 – 4 bulan) tidak diberikan serbuk gergaji atau jerami sebagai alas lantai seperti yang ada di kandang E2 (0 – 1 bulan). Selain tidak adanya alas lantai, pedet pada umur 2 – 4 bulan merupakan fase dimana pedet sedang aktif bergerak. Sehingga tidak jarang pedet terjatuh atau terpleset.
Pada saat sanitasi, dimana metode membersihkan feses di BBPTUHPT ini menggunakan metode flushing yang menyebabkan lantai jadi licin, sehingga pedet yang sedang aktif bergerak dapat terpleset. Hal tersebut dapat menyebabkan luka bahkan bengkak pada pedet.
4.4.2.2 Pengobatan pada Pedet
Pengobatan yang dilakukan di BBPTUHPT ini antara lain:
(a) Dehidrasi
Ciri-ciri dari pedet yang mengalami dehidrasi antara lain lemas, tidak mau berdiri, tidak aktif bergerak, dan nafsu makan turun. Nafsu makan turun dapat memperburuk keadaan karena pedet tidak mendapat cairan yang berasal dari air minum ataupun dari pakan.
61
Pengobatan pada pedet yang mengalami dehidrasi diberikan larutan elektrolit untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Selain diberikan larutan elektrolit, pedet juga diberikan Mg Aspartate yang mengandung ATP yang berfungsi untuk mengganti energi yang hilanga akibat dehidrasi dengan cepat.
Dehidrasi merupakan salah satu indikator penyakit lain. Sehingga pengobatan yang diberikan pada pedet selain larutan elektrolit, pedet juga diberikan obat antihistamin, analgesik, dan vitamin. Karena dehidrasi merupakan gejala umum pada beberapa penyakit, maka pemberian obat yang beragam ini bertujuan untuk mengobati penyakit yang diderita oleh pedet tersebut.
(b) Pneumonia
Pneumonia adalah radang paru-paru yang disebabkan oleh kuman atau jamur. Kebanyakan radang paru-paru terjadi bersamaan atau diawali, dengan radang bronchus dan bronchilus. Beratnya proses radang tergantung dari jenis virulensi dan jumlah agen infeksi yang berhasil memasuki jaringan. Infeksi oleh kuman-kuman Pasteurella spp dan Mycoplasma spp biasanya berlangsung sangat akut (Subroto, 2003).
Penyakit pneumonia ini memiliki ciri-ciri pedet bernafas pendek-pendek, kadang-kadang pedet batuk, lemas, nafsu makan turun, nafas pedet bau, dan kadang suhu tubuh pedet naik. Tetapi menurut Subroto (2003), perlu diutarakan bahwa tidak semua proses radang paru-paru diikuti dengan kenaikan suhu tubuh biasanya. Kenaikan suhu tubuh berlangsung sejalan dengan reaksi tubuh dalam memobilisasi sel-sel darah putih dan berlangsungnya rekasi antigen-antibodi. Kenaikan suhu tubuh pada umumnya tidak dijumpai pada pneumonia yang baru saja mulai.
Pengobatan penyakit ini dapat diberikan antibiotik, antihistamin dan penambah nafsu makan. Karena pedet yang menderita penyakit ini mengalami penurunan nafsu makan, sehingga perlu obat untuk mendorong nafsu makan pedet.
(c) Enteritis
Enteritis atau radang usus disebabkan oleh kuman atau cacing. Jenis kuman yang sering ditemukan pada penyakit ini adalah Escherichia coli, Salmonella spp,
62
Myobacterium paratuberculosis. Sedangkan jenis cacing yang sering ditemukan adalah jenis cacing yang termasuk dalam family Strongylidae, Oesophagostomum sp, Bunostomum (Subroto, 2003).
Ciri-ciri dari penyakit ini adalah feses mempunyai bau yang tajam, nafsu makan menurun. Pada radang usus yang bersifat krodik dapat terjadi selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, sehingga kondisi tubuh menurun secara perlahan-lahan. Kondisi ini lama kelamaan akan menjadi kelemahan umum atau kedengkik.
Pengobatan pada pedet yang menderita penyakit ini menggunakan obat penghilang rasa sakit atau analgesik karena pedet yang menderita penyakit ini dibarengi rasa nyeri. Selain obat analgesik, obat lain yang digunakan adalah obat antihistamin, antibiotik, vitamin, dan larutan elektrolit.
(d) Diare
Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli, Salmonella sp, Coccidia, Clostridium perfringens, Bovine virus diarrhea dan Corona virus (Susilorini dkk, 2008) . Ciri dari penyakit ini adalah feses pedet lebih encer, lemas, nafsu makan turun. Dalam pengobatannya, pedet diberikan obat antibiotik untuk membunuh bakteri yang ada di dalam saluran pencernaan pedet. Selain antibiotik, pedet juga diberikan obat analgesik, obat antihistamin, dan obat yang mengandung ATP untuk mengganti energi yang hilang secara cepat.
(e) Abses
Abses adalah suatu penimbunan nanah disuatu organ pedet. Abses dapat terjadi karena pedet terjatuh atau terpeleset, jika dibiarkan tanpa adanya pengobatan luka tersebut akan menyebabkan penimbunan nanah.
Pengobatan abses ini cukup dioleskan salep (ichtiol) yang mengandung antiseptik dan mempercepat pengeringan luka. Apabila sudah terdapat timbunan nanah, hal yang perlu dilakukan adalah mengeluarkan nanah tersebut menggunakan pisau bedah. Setelah nanah keluar semua, luka diberikan antibiotik dan atiseptik agar tidak semakin infeksi.
63
4. 5 Kesimpulan dan Saran
4.5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh, penyakit yang sering diderita oleh pedet di BBPTUHPT Baturraden adalah penyakit pneumonia, enteritis, diare, abses, dan dehidrasi. Pengobatan pada pedet yang sakit dapat diberikan obat analgesik, obat antihistamin, larutan elektrolit, dan multivitamin.
4.5.2 Saran
Penyakit yang diderita oleh pedet disebabkan oleh kondisi kandang yang lembab dan kurangnya sinar matahari yang masuk. Saran yang dapat saya berikan yaitu menggembalakan pedet sesering mungkin agar pedet dapat terkena sinar matahari dan pada kandang E (2-3 bulan) serta kandang E1 (3-4 bulan) alas kandang dilapisi dengan karet agar pedet saat jatuh tidak mudah cedera.
4. 6 DAFTAR PUSTAKA
FAO. 2011. FAO Data-bases and Data. http://faostat.fao.org/site/569/default .aspx#ancor.
Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Pedet 1 (Mammalia). Gadjah Mada University press. Yogyakarta.
Susilorini, Tri Eko; dkk. 2008. Budi Daya 22 pedet Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tidak ada komentar: